KONTAN.CO.ID - Terasa sekali di tengah wabah pandemi Covid-19 ini, banyak
new normal yang kita alami. Ada bisnis yang diuntungkan dan ada juga yang malah dirugikan. Menurut
analytic data advertising (ADA), penjualan melalui aplikasi
online di Indonesia meningkat sampai 300% ketika kebijakan
social distancing mulai diberlakukan dan kebanyakan terjadi pada aplikasi yang digunakan untuk membeli kebutuhan pokok. Terlihat dari fakta ini bahwa mereka yang mempunyai akses berjualan
online bisa bertahan atau malah mendapat
jackpot di tengah pandemi ini. Memang untuk barang-barang selain kebutuhan pokok seperti sembako yang biasa dibeli di pasar, masyarakat sudah sangat terbiasa untuk belanja
online karena lebih murah dan tidak usah repot karena hanya tinggal menunggu di rumah. Namun untuk kebutuhan pokok seperti sayuran, beras, minyak dan lainnya, pembelian
online tidak terlalu populer karena masalah pengiriman dan waktu kadaluarsa makanan. Masalah ini merupakan hal yang penting untuk konsumen, karena pengiriman yang cepat akan menyebabkan ongkos kirim mahal. Selain itu, biasanya belanjaan kebutuhan pokok akan lebih berat untuk dikirim dan ini juga faktor yang menyebabkan bengkaknya biaya pengiriman.
Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan pokok, masyarakat masih memilih untuk pergi sendiri ke supermarket maupun pasar, selain bisa mendapat barang dengan cepat, mereka pun bisa memilih barangnya di tempat. Namun, semenjak adanya wabah Covid-19, mau tidak mau masyarakat harus mengubah pola hidupnya karena adanya kebijakan untuk tidak keluar rumah. Di saat seperti ini, penjual di pasar yang tadinya tidak akan terbesit di pikirannya untuk berjualan
online, mulai melirik penjualan
online karena berkurangnya konsumen di pasar. Seperti contohnya tukang sayur di komplek saya yang mulai membuat grup percakapan dengan pelanggannya sehingga pesanan sayur dapat dipesan dan bisa diantar langsung ke rumah. Dan pengakuan dari tukang sayur membuat saya cukup kaget, ternyata omzetnya naik berkali-kali lipat semenjak
social distancing. Ini adalah salah satu hikmah dari wabah korona, yaitu meleknya semua orang terhadap jual beli
online. Ini merupakan sinyal yang bagus untuk pebisnis atau UMKM online. Masyarakat yang tadinya antipati dalam menggunakan aplikasi e-commerce pun mulai mencoba karena tidak adanya pilihan lain. Hal ini berarti adanya arus konsumen baru yang masuk ke pasar
online.
Pengetahun new normal Tidak harus teknologi canggih bagi pedagang kelontong untuk mempromosikan barang penjualannya, cukup
smartphone dan media sosial seperti WA, Line, Instagram, Facebook dan lainnya, sesederhana itu. Alangkah baiknya jika para penjual ini dapat memanfaatkan jasa pembayaran
online, salah satunya bisa dengan menggunakan QR code. QR code adalah pembayaran yang menggunakan
barcode kotak yang isinya adalah informasi rekening kita (nomor rekening dan bank). Cara penggunaannya adalah pelanggan yang mau membayar barang bisa foto/
scan QR code UMKM lalu otomatis pelanggan akan diarahkan ke rekening UMKM tanpa harus menuliskan nomor rekeningnya. Sehingga tidak akan terjadi yang namanya pelanggan salah transfer/kirim dana ke rekening orang kain. Pembayaran QR code ini juga merupakan pembayaran yang aman karena sudah distandardisasi nasional oleh Bank Indonesia dengan nama QRIS. Sehingga Anda dan pelanggan Anda bisa saja menggunakan QR code dari rekening bank manapun dan dompet digital seperti GoPay, Ovo, LinkAja, Dana dan lainnya yang sudah ada dalam skema QRIS. Semenjak kebijakan
social distancing diterapkan, Bank Indonesia kini sudah mulai menggratiskan biaya transaksi pemrosesan QRIS untuk memfasilitasi UMKM dalam melakukan pembayaran
online. Selain itu, pemakaian QRIS juga dapat mengurangi penyebaran virus korona karena tidak adanya sentuhan tangan/memegang uang tunai karena hanya tinggal foto/scan QR code saja dari
smartphone Anda. Dengan menggunakan jasa
online, artinya data pesanan konsumen dan
cashflow akan tercatat rapih setiap saat. Sehingga pemilik UMKM dapat memanfaatkan ini untuk mengenali pelanggan loyal mereka, dan juga sekaligus dapat memprediksi berapa pesanan yang masuk setiap harinya sehingga ke depannya mereka bisa mempersiapkan stok yang sesuai dengan pesanan yang masuk. Contohnya yang bisa dilakukan pertama adalah mendata konsumen loyal dengan nomor ponsel, setelah itu cek apa saja yang dibeli dan selama seminggu. Dengan cara ini bisa terlihat berapa jumlah pesanan dalam seminggu untuk setiap barangnya. Berdasarkan data ini, mereka bisa memperkirakan, setidaknya selama seminggu mereka harus mempunyai stok kira-kira setara dengan minggu kemarin agar bisa mendapatkan keuntungan maksimal. Selain itu, UMKM juga bisa mulai melihat pola-pola pemesanan konsumen mereka. Untuk UMKM yang menjual barang-barang pokok, setiap data pembelian konsumen tiap minggunya dapat digunakan sebagai dasar untuk menawarkan barang apa yang potensial untuk dibeli oleh konsumennya. Misalnya, biasanya setiap minggu konsumen A membuat sayur asem sehingga dia akan membeli bahan sayur asem setiap minggunya. Pada minggu berikutnya, penjual bisa saja menawarkan kerupuk untuk teman makan sayur asem ke konsumen yang sejenis dengan konsumen A sehingga akan besar kemungkinannya mereka juga akan membeli kerupuk di tukang sayur tersebut. Begitulah kira-kira cara menggunakan data untuk
marketing secara sederhana. Data transaksi juga akan berguna untuk para pelaku UMKM untuk mengetahui penghasilannya selama ini. Jika transaksi sudah tercatat otomatis maka tidak perlu repot ada transaksi yang lupa/hilang, UMKM tinggal menghitung penjualannya dan ketika mereka sudah melakukan
marketing atau penawaran-penawaran, tinggal dilihat apakah cara penawaran barang-barang tersebut meningkatkan keuntungan UMKM. Dengan begitu banyaknya keuntungan memakai jasa pembayaran
online dan QR code, bisa dibilang masyarakat/UMKM yang telah ber-QRIS-is berpeluang untuk keluar dari krisis pandemi dengan menggunakan inovasi. Setelah pandemi ini berakhir, tentunya tidak menutup kemungkinan bahwa jual beli
online ini tidak akan berjalan sebesar sekarang.
Namun yang terpenting adalah masyarakat telah mencoba untuk menggunakan jasa jual beli
online sehingga konsumen dan UMKM yang antipati juga setidaknya sudah merasakan keuntungan dari jual beli
online dan mulai terbuka terhadap inovasi yang bernama teknologi. Inilah yang kita harapkan dari
new normal, bukan lagi tentang keluhan sepinya pelanggan, tapi pentingnya menambah pengetahuan. Penulis : Marizsa Herlina Dosen Statistika Universitas Islam Bandung Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti