Peluang Return Reksadana Offshore Makin Besar di Tengah Pelemahan Dolar AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peluang return reksadana offshore yang berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) semakin menjanjikan di tengah lemahnya mata uang AS.

Mengutip Bloomberg, Jumat (16/8), rupiah spot menguat tipis sekitar 0,04% dibandingkan hari sebelumnya ke level Rp 15.693 per dolar AS. Namun, rupiah Jisdor BI ditutup melemah sekitar 0,18% ke level Rp 15.716 per dolar AS.

CEO Star Asset Management (Star AM), Hanif Mantiq, menyebutkan bahwa bursa saham offshore memiliki peluang untuk menguat. Ini dipengaruhi oleh sentimen pemilu AS, yang secara historis cenderung menunjukkan performa positif pada tahun pemilu dan setahun setelahnya, ditambah dengan sinyal penurunan suku bunga oleh The Fed.


Hanif mencatat bahwa bursa saham AS telah mengalami penguatan dalam 83% pemilu sejak tahun 1928, dengan rata-rata penguatan sebesar 11% dalam 23 pemilu. Penguatan pada 12 bulan setelah pemilu 2016 mencapai sekitar 20%, sedangkan pada pemilu 2020 mencapai 40%.

Baca Juga: STAR Asset Management Gandeng DANA Luncurkan Fitur Investasi Reksadana

Meskipun terdapat potensi pelemahan mata uang dolar AS sebesar 5-10%, Hanif memproyeksikan adanya potensi capital gain akibat kenaikan harga saham dari produk reksadana saham. 

"Kami memperkirakan penguatan sebesar 7%-10% sampai akhir tahun, dengan potensi penguatan lanjutan sebesar 15-20% dalam 12 bulan setelah Pemilu AS bulan November 2024," kata Hanif kepada KONTAN, Jumat (16/8).

Hingga 31 Juli 2024, reksadana saham STAR Global Sharia mencatatkan return 1 tahun sebesar 10,2%, dengan return Year-to-Date (YTD) sebesar 8,2%, dan return sepanjang enam bulan sebesar 10,7%.

Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM), Eri Kusnadi, menilai bahwa pelemahan dolar AS meningkatkan pendapatan perusahaan AS dari luar negeri, yang tidak memberikan dampak negatif. 

Sentimen penurunan suku bunga acuan serta data ketenagakerjaan AS diharapkan memberikan pengaruh positif bagi pasar saham AS. 

"Meskipun demikian, return perlu disesuaikan dengan kinerja perusahaan dan kondisi makro di AS. Namun, saya rasa masih ada upside positif yang cukup menarik untuk sisa tahun ini," kata Eri kepada KONTAN, Jumat (16/8).

Strategi penempatan di sektor teknologi masih memberikan kinerja positif terbesar di BPAM, yakni sekitar 13% hingga 15 Agustus 2024.

Sementara itu, Samuel Kesuma, CFA, Chief Investment Officer Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), menyatakan bahwa pelemahan dolar AS tidak berpengaruh signifikan terhadap return dari reksadana offshore.

Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap Berbasis Dolar AS Akan Menarik

"Berbeda dengan Indonesia, di mana pelemahan nilai tukar berpengaruh terhadap sentimen investasi, pasar global tidak terlalu terpengaruh oleh pergerakan nilai tukar. Mayoritas reksadana offshore dalam denominasi USD dan investasi di AS, sehingga pergerakan nilai tukar tidak berdampak pada portofolio," kata Samuel kepada KONTAN, Jumat (16/8).

Samuel menjelaskan bahwa siklus pemangkasan suku bunga lebih berdampak positif bagi pasar global, terutama jika skenario soft landing terjadi, yaitu inflasi melandai tanpa resesi di AS. 

Untuk reksadana offshore yang fokus pada investasi di Asia, peluang return semakin positif akibat pelemahan USD, karena kinerja pasar Asia cenderung baik ketika USD melemah, serta ada potensi forex gain dari sisi portofolio.

Kinerja reksadana Manulife USD Fixed Income Kelas A pada Juli 2024 mencatatkan return sebesar 1,02% dalam satu bulan dan 0,48% secara YTD. Sementara itu, reksadana Manulife USD Fixed Income Kelas I1 mencatatkan return sebesar 0,25% dalam satu bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .