Peluang rupiah di Rp 13.000 - Rp 13.300 per dollar



JAKARTA. Memandang valuasi rupiah sepanjang kuartal II-2016 ini, analis menduga pergerakannya masih dalam koridor positif.

Penuturan Jameel Ahmad, Chief Market Analyst Forextime Ltd basis London, di Jakarta, Senin (25/4) ada dua hal secara global yang penting untuk diperhatikan dalam menganalisa pergerakan rupiah.

Pertama, harga minyak mentah (WTI) dan kedua, datang dari pergerakan indeks dollar AS.


“Kalau harga minyak WTI terus berada di kisaran US$ 42 – US$ 44 per barel dan index USD di 94, maka rupiah akan tetap di kisaran Rp 13.000 – Rp 13.300 per dollar AS,” perkiraan Jameel.

Posisi harga minyak tersebut merupakan level stabil yang tentunya positif bagi mata uang berbasis komoditas seperti rupiah. Tahun 2015 lalu yang menggerus kekuatan rupiah adalah akibat dari kemerosotan dan volatilitas harga komoditas termasuk minyak.

Lalu dollar AS tahun ini kehilangan kepercayaan pasar akan laju kenaikan suku bunganya. Tahun 2015 lalu, The Fed memprediksi kenaikan suku bunga bisa dilakukan sebanyak empat kali. Namun kini pelaku pasar memandang dua kali adalah fase kenaikan suku bunga The Fed yang wajar.

“Kalau harga minyak WTI bisa tembus di atas US$ 44 per barel dan USD gagal mempertahankan kenaikan suku bunga dua kali, maka rupiah bisa balik ke bawah Rp 13.000 per dollar AS,” papar Jameel.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia