Peluang terbuka lebar di industri perikanan



JAKARTA. Posisi Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar terbesar produk perikanan dunia dan perkembangan usaha budidaya perikanan di Indonesia yang cukup pesat, semakin menarik minat investor dari luar negeri. Indonesia saat ini menempati peringkat empat sebagai produsen perikanan budidaya secara global.

Dengan sumberdaya alam yang dimiliki, peluang untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya masih sangat terbuka lebar. “Indonesia adalah produsen rumput laut terbesar di dunia, kemudian industri udang Indonesia saat ini kembali menjadi primadona karena produk udang hasil budidaya dari Indonesia merupakan produk yang bebas penyakit Early Mortality Syndrome (EMS) sehingga sangat diminati oleh pasar global," kata Slamet, dalam siaran persnya, Rabu (24/9).

Disamping itu komoditas ikan dari perairan tawar juga sangat dibutuhkan oleh konsumen dalam negeri untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi, seperti lele, nila, gurame dan mas. Peningkatan produksi masing-masing komoditas per tahun juga cukup menggembirakan. Secara total, dalam lima tahun terakhir produksi perikanan budidaya telah meningkat cukup pesat dari 6,28 juta ton di tahun 2010 menjadi 13,7 juta ton di tahun 2013 (data sementara).


Lebih lanjut Slamet mengatakan bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, pendapatan Rumah Tangga Usaha Perikanan Budidaya menempati peringkat tiga besar pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian secara umum. “Dari Usaha ikan hias diperoleh pendapatan rata-rata Rp 50 juta per tahun, kemudian pembudidaya perairan umum sebesar Rp 34 juta per tahun dan pembudidaya air payau sebesar Rp 29 juta per tahun. Ini cukup tinggi dibandingkan dengan pendapatan dari usaha pertanian yang sebesar Rp 10 juta per tahun dan peternakan sebesar Rp 15 juta per tahun”, ungkap Slamet.

Disamping itu, tambah Slamet, BPS juga menyebutkan bahwa ikan hasil budidaya merupakan sumber protein yang relative murah di banding sumber protein lainnya. "Harga per gram protein ikan budidaya adalah Rp 120 –Rp 200, lebih murah dibandingkan telur dan ayam broiler," kata Slamet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto