Semakin lama, bisnis pakaian dalam wanita untuk segmen premium semakin menggairahkan. Pertumbuhan bisnisnya bisa mencapai 20% per tahun. Untuk menekan harga jual, beberapa produsen memilih membangun pabrik di Indonesia. Pakaian dalam memang tertutup, tapi, ternyata, potensi bisnis produk ini sangat menggairahkan. Permintaan pasar domestik yang selalu meningkat menggoda para produsen merek top untuk memproduksi di dalam negeri.Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesori Indonesia (APGAI) memperkirakan, dari sekitar Rp 30 triliun omzet bisnis garmen di Indonesia tahun lalu, sekitar 3% di antaranya berasal dari penjualan pakaian dalam, baik untuk pria maupun wanita. Hebatnya, khusus segmen pakaian dalam wanita premium, pertumbuhan bisnisnya mencapai sekitar 20% per tahun.Pasar yang menjanjikan ini mendorong beberapa produsen dan merek asing lebih serius menggarap pasar Indonesia. Menurut pengamatan Wakil Ketua Umum APGAI Suryadi Sasmita, saat ini Indonesia menjadi tujuan pasar sejumlah produsen asing. Bahkan, “Sebagian memilih membangun pabrik di sini,” tuturnya. Salah satu contohnya adalah Wacoal International Corp. Perusahaan asal Jepang yang berdiri sejak 1946 ini telah membangun pabrik di Bogor dan menjalin kerjasama joint venture dengan PT Sumber Indah Permai sejak 1991. Dari pabrik itu, Wacoal Indonesia, nama usaha joint venture itu, memproduksi pakaian dalam wanita dan menjajakannya dengan harga yang lebih terjangkau. Sasarannya mencakup pasar domestik maupun ekspor. Importir tergodaWacoal tidak sendiri. Sorella, sebuah merek pakaian dalam asal Singapura, juga memiliki dua pabrik di Indonesia dengan menggandeng mitra lokal, yakni PT Megarimas Sentosa. Sorella menjual produk hasil dua pabriknya di Jakarta dan Tangerang di pasar domestik dan ekspor. Mendirikan pabrik di Indonesia merupakan salah satu strategi para produsen untuk menekan harga jual. Maklum, ongkos produksi di Tanah Air lebih murah ketimbang jika mereka harus mengimpor. Ambil contoh harga pakaian dalam premium yang menyasar segmen konsumen A dan B+. Selisih harga produk lokal dan impor untuk pakaian dalam jenis ini bisa mencapai 70%.Sebagai gambaran, produk bra dan panty Wacoal buatan lokal dijajakan dengan harga mulai Rp 130.000 sampai Rp 150.000. Bandingkan dengan harga produk impor dengan kelas serupa yang mencapai Rp 300.000 sampai Rp 800.000. Direktur Wacoal Indonesia Andi Sasmita mengakui, memproduksi di Indonesia memang membuat harga jual jauh lebih kompetitif. “Dulu, ketika masih impor, harga Wacoal mahal sekali. Sekarang, sudah lebih terjangkau,” ujarnya. Melihat fakta ini, importir pakaian dalam wanita asal Jepang seperti PT Aimerfeel Indonesia mulai tergoda membangun pabrik di Indonesia. Apalagi, permintaan terus tumbuh. Setiap tiga bulan, hampir 80% dari 5.000 helai produk Aimerfeel terjual. “Perputaran produk cepat sekali,” kata General Manager Aimerfeel Ilana Pranoto. La Senza yang masuk Indonesia sejak 2003 setali tiga uang. “Apresiasi masyarakat terhadap produk kami sangat tinggi,” kata Didiet Maulana, Marketing & Communications Gilang Agung Persada. Saat ini, La Senza yang memiliki 13 butik di Indonesia. Gilang Agung menjual produk ini dengan harga mulai dari Rp 200.000 hingga Rp 1 juta per pasang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Peluang usaha pakaian dalam semakin menggairahkan
Semakin lama, bisnis pakaian dalam wanita untuk segmen premium semakin menggairahkan. Pertumbuhan bisnisnya bisa mencapai 20% per tahun. Untuk menekan harga jual, beberapa produsen memilih membangun pabrik di Indonesia. Pakaian dalam memang tertutup, tapi, ternyata, potensi bisnis produk ini sangat menggairahkan. Permintaan pasar domestik yang selalu meningkat menggoda para produsen merek top untuk memproduksi di dalam negeri.Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesori Indonesia (APGAI) memperkirakan, dari sekitar Rp 30 triliun omzet bisnis garmen di Indonesia tahun lalu, sekitar 3% di antaranya berasal dari penjualan pakaian dalam, baik untuk pria maupun wanita. Hebatnya, khusus segmen pakaian dalam wanita premium, pertumbuhan bisnisnya mencapai sekitar 20% per tahun.Pasar yang menjanjikan ini mendorong beberapa produsen dan merek asing lebih serius menggarap pasar Indonesia. Menurut pengamatan Wakil Ketua Umum APGAI Suryadi Sasmita, saat ini Indonesia menjadi tujuan pasar sejumlah produsen asing. Bahkan, “Sebagian memilih membangun pabrik di sini,” tuturnya. Salah satu contohnya adalah Wacoal International Corp. Perusahaan asal Jepang yang berdiri sejak 1946 ini telah membangun pabrik di Bogor dan menjalin kerjasama joint venture dengan PT Sumber Indah Permai sejak 1991. Dari pabrik itu, Wacoal Indonesia, nama usaha joint venture itu, memproduksi pakaian dalam wanita dan menjajakannya dengan harga yang lebih terjangkau. Sasarannya mencakup pasar domestik maupun ekspor. Importir tergodaWacoal tidak sendiri. Sorella, sebuah merek pakaian dalam asal Singapura, juga memiliki dua pabrik di Indonesia dengan menggandeng mitra lokal, yakni PT Megarimas Sentosa. Sorella menjual produk hasil dua pabriknya di Jakarta dan Tangerang di pasar domestik dan ekspor. Mendirikan pabrik di Indonesia merupakan salah satu strategi para produsen untuk menekan harga jual. Maklum, ongkos produksi di Tanah Air lebih murah ketimbang jika mereka harus mengimpor. Ambil contoh harga pakaian dalam premium yang menyasar segmen konsumen A dan B+. Selisih harga produk lokal dan impor untuk pakaian dalam jenis ini bisa mencapai 70%.Sebagai gambaran, produk bra dan panty Wacoal buatan lokal dijajakan dengan harga mulai Rp 130.000 sampai Rp 150.000. Bandingkan dengan harga produk impor dengan kelas serupa yang mencapai Rp 300.000 sampai Rp 800.000. Direktur Wacoal Indonesia Andi Sasmita mengakui, memproduksi di Indonesia memang membuat harga jual jauh lebih kompetitif. “Dulu, ketika masih impor, harga Wacoal mahal sekali. Sekarang, sudah lebih terjangkau,” ujarnya. Melihat fakta ini, importir pakaian dalam wanita asal Jepang seperti PT Aimerfeel Indonesia mulai tergoda membangun pabrik di Indonesia. Apalagi, permintaan terus tumbuh. Setiap tiga bulan, hampir 80% dari 5.000 helai produk Aimerfeel terjual. “Perputaran produk cepat sekali,” kata General Manager Aimerfeel Ilana Pranoto. La Senza yang masuk Indonesia sejak 2003 setali tiga uang. “Apresiasi masyarakat terhadap produk kami sangat tinggi,” kata Didiet Maulana, Marketing & Communications Gilang Agung Persada. Saat ini, La Senza yang memiliki 13 butik di Indonesia. Gilang Agung menjual produk ini dengan harga mulai dari Rp 200.000 hingga Rp 1 juta per pasang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News