KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten jamu dan farmasi, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (
SIDO) berniat menggenjot kontribusi penjualan ekspor di 2021. SIDO membidik, kontribusi penjualan ekspor sebesar 4%-5% dari total pendapatan perusahaan di tahun ini.
SIDO menargetkan penjualan ekspor di tahun ini naik sekitar 3% dari realisasi tahun lalu. Asal tahu saja, kontribusi penjualan ekspor SIDO di 2020 masih tergolong mini karena hanya di bawah 2% dari total pendapatan perusahaan. "Dibandingkan dengan tahun 2020 yang karena pandemi pencapaiannya kurang dari 2%, jadi kenaikannya akan signifikan," kata Direktur Utama
SIDO David Hidayat kepada Kontan.co.id, Senin (26/4).
Namun sayang, David tidak memerinci berapa pendapatan ekspor SIDO di tahun lalu. David menambahkan, penerapan
lockdown di sejumlah negara tujuan ekspor membuat pengembangan pasar ekspor SIDO pun ikut tertunda. Alhasil, realisasi penjualan ekspor di tahun lalu tidak terlalu signifikan. Asal tahu saja, SIDO , anggota indeks
Kompas100 ini, sudah memasarkan produknya ke sejumlah negara, seperti Malaysia, Filipina, Singapura, Nigeria, dan Saudi Arabia. Dari pasar ekspor, kontribusi terbesar berasal dari Malaysia dengan porsi 40%, disusul Filipina 20% dan Nigeria sebesar 15%. "Sebenarnya masih ada banyak negara-negara tujuan yang bersifat trading," sambung David.
Baca Juga: Penjualan Sido Muncul (SIDO) naik 8,58% di kuartal pertama 2021 Selain itu, SIDO berniat melakukan perluasan tujuan ekspor ke sejumlah negara di Asean seperti Vietnam dan Myanmar. Dia bilang, saat ini progresnya masih dalam proses pendaftaran. David mengaku optimistis, proyeksi bisnis ekspor di tahun ini akan membaik dibandingkan tahun lalu. Meskipun begitu, dia juga belum bisa memastikan seberapa besar pengaruh pandemi yang hingga kini masih terjadi terhadap pasar ekspor di tahun ini. "Di kuartal 1 sudah terlihat mulai membaik," tambah dia. Untuk tahun ini
SIDO menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga double digit. Oleh karenanya, SIDO menyiapkan sejumlah strategi khusus untuk menghadapi kondisi pasca pandemi seperti saat ini.
Strategi tersebut baik dari sistem distribusi, pengembangan produk, dan juga model bisnis B2B, mengingat unit ekstraksi
SIDO dapat menjadi bahan baku yang diminati industri makanan, minuman maupun farmasi Di tahun ini, SIDO menganggarkan belanja modal atawa
capital expenditure (capex) sebesar Rp 180 miliar. Dana capex bersumber dari kas internal perusahaan. "Capex untuk penyelesaian tambahan fasilitas mesin COD 2, penambahan fasilitas mesin-mesin ekstraksi, distilasi dan capex maintenance," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari