KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Keputusan PT Saka Energi Indonesia (SAKA) untuk mempercepat pelunasan utang senilai US$ 220 juta dinilai positif bagi kinerja induknya, yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan domestik saat ini, berkurangnya utang di PGN group akan menciptakan efisiensi dan mendorong fundamental bisnis perseroan menjadi lebih kuat. Marolop Alfred Nainggolan, Kepala Riset Praus Capital berpendapat, pelunasan sebagian utang SAKA akan sangat positif bagi PGN. Hal ini mengingat beban bunga yang harus dibayarkan juga cukup besar.
"Langkah ini paling tepat disaat likuiditas perusahaan (cash ratio) saat ini sangat tinggi, ditambah harga minyak sedang tinggi, sehingga potensi peningkatan likuiditas kas kedepan cukup besar," ujar Marolop, Kamis (31/3).
Baca Juga: Pasokan Gas Lancar, Perusahaan Gas Negara (PGAS) Ngegas SAKA merupakan anak usaha PGN yang bergerak dalam bidang eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi (migas). Sejalan dengan membaiknya harga minyak dunia, kontribusi anak perusahaan ini terhadap pendapatan PGN juga terus meningkat. Sebagai contoh, sesuai laporan keuangan PGN tahun 2021, pendapatan PGN dari hasil penjualan minyak dan gas bumi mencapai US$ 331,30 juta. Nilai tersebut naik sekitar 60,64 persen daripada tahun 2020 sebesar USD 203,70 juta. Menurut Marolop, sebagai subholding gas, PGN diuntungkan dengan naiknya harga minyak dunia dari kinerja SAKA. Kemampuan SAKA memanfaatkan momentum positif ini dengan melakukan pelunasan utang obligasi juga akan mendorong efisiensi di PGN, terutama dari penurunan beban biaya bunga.
Buyback surat utang
Untuk mengurangi beban utang, SAKA menawarkan pembelian kembali (buyback) surat utang senior dengan yang diterbitkan pada tahun 2017 senilai USD 625 juta. Surat utang dengan jangka waktu 7 tahun itu dicatatkan di Bursa Efek Singapura ini dengan bunga sebesar 4,45% per tahun. Dari penawaran buyback, pada 25 Maret lalu SAKA akhirnya menetapkan pelunasan atas sebagian surat utangnya senilai US$ 220 juta. Dalam surat penjelasannya ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seperti dikutip dari website Bursa Efek Indonesia (BEI), Corporate Secretary PGN Rachmat Hutama menyampaikan, pasca bayback tersebut, nilai surat utang yang masih beredar sebesar US$ 405 juta. Surat utang ini baru akan jatuh tempo pada bulan Mei tahun 2024. "Pembelian kembali surat utang telah dikomunikasikan dengan Lembaga Jasa Pemeringkat dan tidak dikategorikan sebagai distressed debt exchange (DDE). Penggunaan kas internal tidak berdampak terhadap likuiditas perusahaan," jelas Rachmat dalam suratnya ke Otoritas Jasa Keuangan nomor 028500.S/HM.05/COS/2022 tanggal 29 Maret 2022.
Baca Juga: Anak Usaha PGN (PGAS) Rampungkan Pembelian Kembali Global Bond US$ 220 Juta Marolop menilai, di tengah gejolak perang Rusia-Ukraina dan pandemi COVID-19 yang mulai melandai, harga energi tahun ini diperkirakan akan tetap tinggi. Kondisi ini akan memberikan peluang kepada PGN, termasuk SAKA untuk mengoptimalkan kinerjanya. Apalagi, pada 2021, volume distribusi gas dari PGN juga menunjukkan peningkatan yang positif. Volume distribusi gas periode 2021 meningkat menjadi sebesar 871 british thermal unit per day (BBTUD) dari periode 2020 sebesar 828 BBTUD. Sementara volume transmisi PGN tercatat mengalirkan gas sebanyak 1.352 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). Adapun volume lifting minyak gas adalah 24.086 barrel oil equivalent per day (BOEPD) dengan harga rata-rata Indonesian Crude Price (ICP) sebesar US$ 68,8 per barelDengan berbagai upaya yang dilakukan manajemen, sepanjang tahun 2021 PGN tercatat meraih laba bersih sebesar US$ 303,82 juta.
Baca Juga: Kinerja Lifting PGN SAKA Capai 101% di Tahun 2021 Pencapaian itu jauh lebih baik dibandingkan tahun 2020 yang masih membukukan kerugian bersih hingga US$ 264,77 juta. PGN juga mencatatkan kenaikan kas dan setara kas menjadi US$1,5 miliar di tahun 2021 dari posisi tahun 2020 sebesar US$1,1 8miliar.
Marolop menambahkan, percepatan pembayaran utang akan menurunkan rasio utang PGN, sehingga neraca perseroan semakin kuat. Selain itu, penurunan utang dalam valuta asing, khususnya dolar AS, juga akan mengurangi risiko perusahaan. Hal itu, termasuk risiko terhadap fluktuasi US$ terhadap beban keuangan, mengingat potensi pengetatan likuiditas oleh The FED ke depan sangat besar.Marolop menilai, perkembangan bisnis PGN menunjukkan tren yang sangat positif. Kemampuan manajemen mengelola dan memanfaatkan aset-aset perusahaan di tengah tren kenaikan harga dan kebutuhan energi domestik yang naik menjadikan PGN berhasil meraih kinerja yang optimal. "Apalagi, strategi efisiensi, termasuk penurunan utang yang dijalani perusahaan juga mulai terlihat hasil positifnya tahun 2021 lalu," tandas Marolop. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan