Peluncuran SSF Molor, BEI Masih Tunggu Lebih Banyak AB Derivatif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menunggu persiapan Anggota Bursa (AB) untuk bisa menyediakan transaksi Single Stock Futures (SSF). Pasalnya, baru PT Binaartha Sekuritas yang telah memperoleh izin AB derivatif. 

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Jeffrey Hendrik menjelaskan sudah ada 16 anggota bursa yang sudah menyatakan minatnya untuk menjadi AB derivatif dan baru ada satu AB yang sudah memperoleh izin. 

"Ada enam anggota bursa yang sedang di proses secara intens dengan tim bursa. Harapannya dalam waktu dekat ada AB lainnya yang mendapatkan izin," jelas dia, Jumat (15/3). 


Peluncuran SSF mundur dari target yang dicanangkan yakni di antara April dan Mei. Padahal BEI mengincar SSF akan meluncur di BEI pada kuartal I-2024 atau paling lambat Maret 2024. 

Baca Juga: BEI Pilih BBCA, BBRI, TLKM, ASII, dan MDKA Jadi Underlying Single Stock Futures

Jeffrey bilang sebenarnya SSF bisa diluncurkan di 25 Maret 2024 ini. Namun BEI masih menunggu lebih banyak AB yang berpartisipasi dalam peluncuran perdana SSF ini. 

"Memang sebaiknya, paling tidak ada dua sampai tiga anggota bursa yang berpartisipasi sehingga jangkauan kepada investor bisa lebih luas," kata Jeffry. 

Menurutnya dalam ada beberapa AB dengan basis investor besar sedang mengantre dalam pipeline BEI. Namun Jeffrey masih enggan untuk menyampaikan nama AB yang berkaitan. 

Adapun produk SSF akan diterbitkan oleh BEI. Untuk bisa bertransaksi, investor harus terlebih dahulu membuka rekening khusus derivatif di AB yang tengah mengantongi izin. 

SSF akan menggunakan underlying saham dari konstituen indeks LQ45 dengan periode kontrak bervariasi dari satu bulan hingga tiga bulan. Tahun ini, BEI hanya akan menggunakan lima saham. 

Yakni, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

Nantinya, akan ada dua kontak yang dapat diikuti investor, yaitu, kontrak beli (long) dan kontrak jual (short). Biasanya kontrak long bisa diambil ketika pasar berpotensi bullish.

Baca Juga: Mengenal Single Stock Futures (SSF), Produk Derivatif Baru yang Dirilisi BEI

Sebaliknya, investor bisa mengambil kontrak jual ketika pasar diprediksi bearish. Kedua kontrak itu diharapkan bisa menjadi pilihan ketika pasar tak menentu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari