Pemain bioskop saling bentangkan layar



JAKARTA. Persaingan bioskop di tanah air kian ketat. Masing-masing pesaing berupaya untuk bisa memenangkan persaingan bisnis. Salah satu cara dengan perbanyak layar bioskop.

Seperti PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ), pengelola bioskop BlitzMegaplex. Pebisnis bioskop ini menargetkan bisa membentangkan layar lebar sebanyak 120 layar di 20 lokasi sampai akhir tahun ini. Saat ini, layar BlitzMegaplex telah berkibar di 12 lokasi dengan total jumlah 93 layar.

Menurut Direktur BlitzMegaplex Dian Sunardi terus ekspansi secara agresif adalah strategi Graha Layar supaya tetap eksis di bisnis bioskop Tanah Air. "Strategi agresif itu, salah satunya tertuang dalam cara menambah lokasi, meningkatkan jumlah layar, dan memberikan konten-konten yang menarik," kata dia selepas paparan publik Graha Layar Prima, Rabu (27/5).


Dian bilang, pembukaan lokasi baru Blitz tidak hanya berada di ibukota provinsi, tapi juga di kota penyangga. Contohnya, pada tahun ini akan dibuka satu lokasi BlitzMegaplex masing-masing di Tangerang dan Karawang. Lalu, di Yogyakarta akan buka dua lokasi baru. Selain itu juga bakal dibuka  satu lokasi baru di Bandung dan satu lokasi lagi di Surabaya. 

Secara total, BlitzMegaplex akan membuka delapan bioskop anyar sehingga di akhir tahun nanti ada sekitar 150 layar bioskop. Enam bioskop sudah bisa beroperasi tahun ini. Sedangkan dua bioskop lagi masih dalam tahap penyelesaian infrastruktur  oleh pihak pengelola pusat belanja. "Dua lokasi ini kami targetkan bisa dibuka akhir akhir tahun ini atau paling lambat kuartal satu tahun depan," jelasnya.

Direktur Graha Layar Prima, Johan Yudha Santosa menambahkan, investasi yang dibutuhkan untuk membangun satu lokasi bioskop rata-rata mencapai Rp 30 miliar. Artinya, Blitz membutuhkan dana Rp 240 miliar untuk membuka delapan lokasi bioskop anyar.

Sumber dana berasal dari sisa hasil penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO), sebesar Rp 183 miliar dan kekurangannya lewat skema kerjasama operasional dengan pihak ketiga. "Ini masih kami jajaki," kata Johan yang tidak bersedia memberi informasi target bisnis sampai akhir tahun ini. 

Yang jelas, perusahaan ini siap bersaing dengan pemain lain, seperti Cinemaxx dari Grup Lippo atau pemain lawas, 21 Cineplex. Misalnya, untuk bersaing dengan Cinemaxx, bioskop BlitzMegaplex tidak ada yang bercokol di pusat belanja Grup Lippo. 

Maklum, ada upaya dari Grup Lippo untuk membesarkan Cinemaxx dengan cara tidak memperpanjang sewa bioskop yang ada di mal kelolaannya. Melongok kinerja kuartal satu 2015, kerugian Blitz turun 32,73% secara year on year (yoy) dari Rp 18,09 miliar tinggal Rp 12,17 miliar. Adapun pendapatan di periode tersebut naik 20,95% dari Rp 57,43 miliar (kuartal I-2014) jadi Rp 69,49 miliar. "Bisnis ini bukan short term tapi long term. Yang terpenting, cashflow tetap positif," tukasnya.

Sementara itu, Grup Lippo menegaskan, tak hanya membuka bioskop di properti kepunyannya, tapi juga membuka peluang dengan pihak ketiga. Namun, prioritas tetap berada dalam grup. "Pemilihan lokasi tentu saja harus ada sinergi dengan grup," kata Wakil Presiden Direktur First Media Irwan Djaja.

Di bawah PT First Media Tbk (KBLV), Cinemaxx ditargetkan meraup pendapatan Rp 200 miliar. Saat ini, Cinemaxx telah menduduki enam lokasi dengan total 31 layar terbentang. "Tahun ini kami siapkan Rp 600 miliar untuk membuka lebih dari 20 lokasi," ujar dia. 

Berdasar catatan KONTAN, Grup Lippo siap mengucurkan dana Rp 6 triliun selama 10 tahun untuk membuka 2.000 layar bioskop. Sedangkan, 21Cineplex  menargetkan bisa mengibarkan 1.000 layar bioskop hingga 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon