KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa perusahaan
startup melakukan pemutusan hubungan kerja beberapa waktu lalu. Hal tersebut disebut karena investor kini jauh lebih selektif dalam melakukan pendanaan. Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro. Menurutnya, dengan beragam masalah yang menimpa
startup, Amvesindo menilai hal tersebut karena investor kini jauh lebih selektif dalam mengucurkan dana investasi. “Investor makin selektif dalam kucurkan dana investasi. Mencari
startup yang bisa
manage runaway dan lebih jelas
path to profitability-nya. Jadinya
startup harus menghemat
cash dan usahakan punya
runway yang lebih panjang. Salah satu cara adalah mengambil langkah-langkah efisiensi,” ungkap Eddi kepada Kontan belum lama ini.
Di sisi lain, kata Eddi ini menjadi waktu yang tepat untuk melakukan investasi karena valuasi tengah terkoreksi. Menurut Eddi, sisi profitabilitas memang menjadi perhatian besar para investor. Oleh karena itu, investor sangat berhati-hati dalam membenamkan investasinya.
Baca Juga: Platform Social Commerce KitaBeli Raih Pendanaan Seri B Terlebih lagi, tidak semua
startup kehadirannya begitu diperlukan. Adapun, saat ini investor lebih suka berinvestasi di
startup berbasis teknologi. “Investor lebih suka
startup berbasis teknologi karena lebih cepat
scalability, lebih cepat
growth-nya,” tambah Eddi. Eddi menjelaskan, tren penyertaan modal saat ini cukup baik. Berdasarkan tingkatnya,
startup yang masih benar-benar baru biasanya dibiayai oleh investor lokal, sedangkan
startup yang punya prospek bertumbuh lebih besar sudah banyak didanai oleh asing. Kendati demikian, lanjut Eddi, secara pendanaan memang masih menjadi permasalahan. Meskipun pandemi sudah pulih, namun pengurangan likuiditas karena efek naiknya suku bunga masih menghantui. Terlepas dari permasalahan dibaliknya, nyatanya pemecatan karyawan juga dilakukan untuk perubahan fokus bisnis. Banyak
startup yang akhirnya melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena adanya suatu tujuan bisnis yang ingin dicapai. Eddi menerangkan salah satu syarat yang harus dimiliki perusahaan rintisan agar bisa memperoleh pendanaan yaitu, bisa dilihat dari bisnis modelnya.
cash flow management, dan
path to profitability. "Tren ke depan valuasi akan fluktuatif, investor akan lebih selektif.
Exit di pasar modal pun akan
wait and see," kata Eddi.
Baca Juga: Begini Strategi Agar Startup Tidak Tumbang Melihat kondisi pasar saat ini yang sedang menunjukkan resesi, PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) juga mengaku akan lebih selektif dalam berinvestasi di perusahaan rintisan. I Made Dennis Pratistha CEO PT Mandiri Capital Indonesia menyampaikan, bahwa perusahaan melakukan
due diligence yang
prudent untuk mengidentifikasi
startup mana yang memiliki potensi yang sangat baik di masa mendatang. "Hal ini terbukti dengan performa yang ditunjukkan, bahwa
startup yang di danai MCI ini meningkat secara
value. Di tahun ini, kami juga akan lebih fokus ke
portfolio management untuk menguatkan portofolio kami dalam menghadapi masa resesi ini," kata Dennis. Di sisi lain, pada tahun ini MCI juga akan tetap melanjutkan untuk mencari
startup di sektor-sektor yang terlihat ada potensi
financial play. Untuk strategi, Dennis menyebutkan, tentunya akan di sesuaikan dengan kondisi pasar sekarang. "Kami akan lebih mendalami proses
due diligence dan fokus dengan perusahaan yang memiliki
path to profitability yang jelas," sambung Dennis. Menurutnya, dari kaca mata investor, kondisi pasar saat ini akan sangat berbeda dari segi bagaimana investor memberikan pendanaan kepada
startup company. Namun hal ini tidak membuat pihaknya melambat dalam memberikan investasi. Ia mengaku tetap akan memberikan pendanaan dengan catatan bahwa
startup tersebut memiliki bisnis model yang baik,
strong team, healthy growth, dan
clear path to profitability.
Baca Juga: Ekspansi Lab dan Klinik, Begini Strategi Diagnos Laboratorium Utama (DGNS) Sektor yang masih menjadi fokus MCI saat ini, yaitu
fintech dan
fintech enabler. MCI sebagai anak perusahaan dari Bank Mandiri mengaku ingin membantu induk usaha membangun ekosistem dengan mencari
startups yang memiliki nilai sinergi yang tinggi. Segendang sepenarian, PT BTPN Syariah Ventura juga mengaku masih akan selektif melakukan pendanaan dengan fokus melakukan penyertaan modal kepada
startup yang mendukung teknologi kepada inklusi keuangan pada segmen ultra mikro. Direktur Utama BTPN Syariah Ventura Ade Fauzan menyampaikan, pihaknya menargetkan untuk melakukan penyertaan modal kepada minimal satu
stratup per tahun dengan fokus kepada
stratup yang mendukung layanan inklusi keuangan di Indonesia. Menurutnya, BTPN Syariah Ventura adalah perusahaan modal ventura yang akan terus menjadi investor strategis, bukan ordinary investor atau investor yang mencari valuasi. Dengan modal Rp 300 miliar, perusahaan akan melakukan investasi secara cerdas ke perusahaan rintisan yang berkualitas.
Oleh karena itu BTPN Syariah Ventura menggandeng
stratup Dagangan yang memiliki visi yang sama dengan perusahaan yaitu melayani masyarakat prasejahtera untuk sektor rural di
tier 3 dan 4. BTPN Syariah Ventura melakukan pendanaan Pra-Seri B senilai US$ 6,6 juta kepada
startup rural e-commerce, Dagangan. Di tahun ini, BTPN Syariah Ventura mengaku masih akan fokus melakukan pendanaan kepada
stratup Dagangan yang juga merupakan
stratup perdana yang di danai oleh BTPS Ventura. "Di tahun ini kami masih akan fokus ke pendanaan di
startup Dagangan. Pendanaan ini bukan sekedar investasi semata, namun ini adalah permulaan dari ikhtiar bersama untuk memperkuat ekosistem digital yang inklusif bagi masyarakat Indonesia ke depannya," ungkap Ade. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi