Pemain Muda Liga Primer Inggris Mengalami Lebih Banyak Cedera, Apa Penyebabnya?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemain muda di Premier League, khususnya mereka yang berusia di bawah 21 tahun, mengalami peningkatan signifikan dalam hal waktu absen akibat cedera.

Studi terbaru dari Howden's Men's European Football Injury Index menunjukkan bahwa jumlah cedera dan durasi pemulihan para pemain muda semakin meningkat, terutama masalah lutut. Tren ini juga tercermin di liga-liga top Eropa lainnya, termasuk Serie A, Ligue 1, La Liga, dan Bundesliga.

Tuntutan Fisik dan Jadwal Padat: Pemicu Lonjakan Cedera

James Burrows, kepala bidang olahraga di Howden, menyoroti peningkatan tuntutan fisik yang dihadapi pemain sebagai penyebab utama peningkatan cedera.


Dengan jadwal pertandingan yang semakin padat, baik di tingkat domestik maupun internasional, pemain dipaksa untuk berkompetisi dalam lebih banyak pertandingan tanpa waktu pemulihan yang memadai.

Baca Juga: Mantan Pelatih Chelsea Ini Bakal Jadi Manajer Tim Nasional Inggris yang Baru

Jadwal yang ketat ini tidak hanya menambah risiko cedera, tetapi juga memperpanjang durasi pemulihan yang dibutuhkan pemain sebelum mereka bisa kembali ke lapangan.

Fakta ini semakin diperkuat oleh laporan dari Fifpro, yang menunjukkan bahwa 78% pelatih dan 72% pemain mendukung implementasi periode istirahat wajib dalam kalender kompetisi. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk meninjau ulang cara pengelolaan jadwal pertandingan guna melindungi kesejahteraan fisik pemain, terutama pemain muda.

Pemain Muda Mengalami Beban Lebih Berat Dibanding Generasi Sebelumnya

Salah satu contoh nyata adalah pemain internasional Inggris dan Real Madrid, Jude Bellingham, yang telah bermain dalam 251 pertandingan kompetitif sebelum usianya mencapai 21 tahun. Sebagai perbandingan, mantan kapten Inggris, David Beckham, hanya bermain dalam 54 pertandingan pada usia yang sama.

Lonjakan signifikan dalam jumlah pertandingan yang dimainkan oleh pemain muda ini menunjukkan bahwa mereka menyerap beban kerja yang lebih besar dan lebih cepat dibanding generasi sebelumnya, yang pada akhirnya meningkatkan risiko cedera.

Perwakilan dari Professional Footballers' Association (PFA) menyatakan bahwa beberapa pemain merasa mereka didorong melampaui batas fisik mereka. Menurut PFA, pendekatan sepak bola terhadap kalender kompetisi harus dipimpin oleh pemain, dengan pemahaman yang tepat tentang bagaimana pemain dapat mengatasi tuntutan fisik ini.

Baca Juga: Sir Alex Ferguson Tinggalkan Manchester United Akhir Musim Ini

Statistik Cedera Pemain di Bawah 21 Tahun: Lonjakan yang Mengkhawatirkan

Menurut laporan Howden, pemain Premier League di bawah usia 21 tahun mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah cedera dan durasi pemulihan.

Pada musim 2023-24, rata-rata waktu yang dihabiskan pemain muda untuk memulihkan diri dari cedera meningkat menjadi 43,92 hari per cedera, naik dari 26,5 hari pada musim sebelumnya. Ini berarti peningkatan sebesar 187% dibandingkan musim 2020/21.

Total hari yang dihabiskan pemain muda karena cedera juga naik dari 901 menjadi 2.240 hari, dengan jumlah cedera meningkat dari 34 menjadi 51. Tren ini serupa di liga-liga top Eropa lainnya, dengan Serie A, Ligue 1, La Liga, dan Bundesliga juga mengalami peningkatan jumlah cedera dan waktu pemulihan.

Cedera Lutut: Ancaman Serius yang Terus Meningkat

Studi ini juga menunjukkan bahwa jumlah cedera lutut yang dialami pemain di lima liga top Eropa mencapai titik tertinggi baru pada musim 2023-24. Tercatat 367 kasus cedera lutut, naik dari 333 pada musim sebelumnya.

Meskipun rata-rata waktu pemulihan dari cedera lutut sedikit menurun dari 52,95 hari menjadi 51,46 hari, angka ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan 33,56 hari pada musim 2021-22.

Baca Juga: Garuda Tumbang, Tapi Semangat Tak Padam: Shin Tae-yong Apresiasi Perjuangan Timnas

Selama empat musim terakhir, pemain Premier League telah mengalami 297 cedera lutut, hanya kalah dari pemain Bundesliga yang mencatat 384 cedera. Cedera lutut, yang sering kali memerlukan pemulihan jangka panjang, menjadi perhatian serius bagi klub-klub Eropa, mengingat durasi absen yang signifikan dapat memengaruhi performa tim secara keseluruhan.

Biaya Finansial yang Meningkat Akibat Cedera

Selain dampak fisik, cedera juga menimbulkan dampak finansial yang signifikan bagi klub. Laporan Howden memperkirakan bahwa cedera yang terjadi selama musim Premier League 2023-24 mengakibatkan biaya sebesar 318,8 juta euro (£265,6 juta), naik dari 288,55 juta euro (£240,4 juta) pada musim sebelumnya.

Setiap 94 menit pertandingan kompetitif, satu cedera terjadi di Premier League, dengan biaya rata-rata 3.698 euro (£3.081) per menit.

Angka-angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 5% dalam total biaya yang terkait dengan cedera dibandingkan musim 2022-23 di lima liga top Eropa. Biaya yang terus meningkat ini menambah tekanan pada klub, yang harus menghadapi dampak finansial dari absennya pemain bintang mereka.

Baca Juga: Pasca Kalah dari China, Peringkat FIFA Timnas Indonesia Turun ke Posisi 130 Dunia

Apa yang Dipikirkan Pemain?

Kekhawatiran tentang jadwal pertandingan yang terlalu padat dan risiko cedera telah menjadi topik diskusi hangat di kalangan pemain top dunia.

Gelandang Manchester City dan Spanyol, Rodri, misalnya, mengusulkan tindakan mogok sebagai bentuk protes terhadap jadwal yang "gila". Tidak lama setelah itu, ia mengalami cedera ligamen anterior (ACL) yang mengakhiri musimnya dalam pertandingan kunci Premier League melawan Arsenal.

Jude Bellingham, yang juga mengalami kelelahan fisik dan mental, mengatakan dalam Laporan Pemantauan Beban Kerja Pemain Fifpro bahwa "sangat sulit secara fisik – baik secara mental maupun fisik Anda merasa lelah". Hal ini menunjukkan bahwa para pemain merasakan dampak langsung dari jadwal pertandingan yang semakin padat.

Selanjutnya: Harga Pangan Hari Ini (16/10): Beras, Cabai, Daging Sapi Turun, Telur dan Gula Naik

Menarik Dibaca: BCA Luncurkan Fitur Baru di Aplikasi Merchant QRIS

Editor: Handoyo .