KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan asuransi umum masih sedikit yang menggarap bisnis asuransi kredit multiguna. Padahal produk ini memiliki prospek bisnis yang cerah. Lihat saja Bank Indonesia (BI) mencatat, kredit multiguna tumbuh 12,8%
year on year (yoy) menjadi Rp 587,1 triliun. Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengatakan asuransi kredit multiguna memiliki peluang yang besar. Namun Ia juga mengaku masih sedikit pelaku industri asuransi umum yang mengarap produk ini. "Produk asuransi kredit multiguna ini sangat spesifik, sehingga belum banyak perusahaan asuransi umum yang bermain.
Underwriter asuransi kredit harus dapat melakukan analisa kelayakan debitur seperti yang dilakukan oleh perbankan. Beberapa risiko
fraud banyak terjadi hanya untuk menghindari pembayaran cicilan kredit," ujar Dody kepada Kontan.co.id pada Minggu (21/4).
Lanjut Dody, perbedaan antara produk asuransi umum dan asuransi jiwa dalam mengarap bisnis ini pada penyebab gagal bayar debitur. Perusahaan asuransi jiwa menerbitkan Asuransi Jiwa Kredit (AJK) yang menjamin kegagalan pembayaran cicilan kredit dikarenakan meninggalnya debitur. Sedangkan perusahaan asuransi umum menjamin penyebab selain meninggalnya debitur, seperti kegagalan usaha, dan pemutusan hubungan kerja (PHK) debitur. Kendati memiliki prospek yang menarik, Dody mengaku masih ada kendala dalam mengarap bisnis ini. Lantaran adanya stigma bankir menjadikan asuransi kredit sebagai tujuan bagi bank untuk mengurangi kredit macet (NPL). "Sehingga seolah-olah asuransi hanyalah sebagai 'tempat sampah' atas kredit bermasalah saja. Kalau pemahaman mitigasi risiko ini dapat disepahamkan antara perbankan dengan asuransi, maka asuransi umum akan banyak menerbitkan produk asuransi kredit tanpa takut risiko
fraud," jelas Dody. Berdasarkan data AAUI, tahun lalu premi asuransi kredit tumbuh 52,2% yoy menjadi Rp 7,86 trliun. Dody mengaku, kinerja ini masih ditopang oleh asuransi untuk produk kredit usaha rakyat (KUR). Adapun salah satu perusahaan asuransi yang serius mengarap bisnis asuransi kredit multiguna pada tahuni ini adalah PT Asuransi Mitra Pelindung Mustika (MPM Insurance). Presiden Direktur MPM Insurance Alexander Hendro Setokusumo menyatakan langkah ini ambil setelah melihat penurunan penjualan mobil yang turut mempengaruhi premi kendaraan bermotor sebagai lini bisnis utama perusahaan. "Kami melihat asuransi kredit multiguna pemainnya belum terlalu banyak, kami sudah punya izin. Juga kami sudah punya akses ke sumber bisnisnya seperti Lembaga pembiayaan dan perbankan," ujar Alex kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu. Alex menyebut pada 2018 lalu, premi MPM Insurance paling besar di kendaraan bermotor sekitar 60%, lalu properti 25%, sisanya di lini bisnis lain termasuk asuransi kredit multiguna. Lewat langkah pemasaran yang lebih masif, Alex ingin premi asuransi kredit multiguna menjadi 10% hingga 15% dari total keseluruhan premi tahun 2019. Sedangkan premi kendaraan bermotor 50% saja. Lewat langkah memperbesar bisnis multiguna ini, Alex menargetkan premi perusahaan secara total dapat tumbuh 15% dari pencapaian 2018. Adapun tahun lalu perusahaan ini mencatatkan pendapatan premi bruto tumbuh 23,75% yoy menjadi 338,12 miliar. Selain itu, perusahaan juga berencana untuk membuka dua hingga tiga cabang di daerah Sulawesi dan Kalimantan.
PT Asurnasi Kredit Indonesia atau Askrindo menyatakan tahun ini pihaknya masih akan memacu asuransi kredit konsumen termasuk kredit multiguna. Direktur Operasional Ritel Askrindo, Anton F. Siregar menyebut perusahaan akan mengarap debitur konsumen di top 10 bank di Indonesia. "Askrindo juga memiliki asuransi kredit kecil yang selama ini telah menjamin asuransi kredit consumer dan kredit produktif di Perbankan. Terdapat 30% kontribusi porsi asuransi kredit kecil dari total bisnis," ujar Anton. Kendati demikian, Askrindo masih akan fokus membidik asuransi KUR. Pada 2019, Anton menargetkan membidik 50% dari target total KUR 2019 senilai Rp 140 triliun. Harapannya imbal jasa penjaminan (IJP) dari KUR 2019 naik 15% yoy. Hingga Maret 2019, target IJP di 2019 sudah tercapai sebanyak 31,8%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat