JAKARTA. Ekspor mutiara pada tahun ini naik tipis ketimbang ekspor mutiara pada tahun lalu. Sepanjang tahun lalu, ekspor mutiara mencapai 3,7 ton. Tahun ini, ekspor mutiara diperkirakan hanya mencapai 3,8 ton, atau naik 2,7%.Namun, bila dibandingkan dengan tahun 2009, ekspor mutiara menurun 15,5%. Pada tahun 2009, ekspor mutiara bisa mencapai 4,5 ton. Bambang Setiawan, Sekjen Asosiasi Budidaya Mutiara (Asbumi) mengatakan, penurunan ekspor mutiara ini dikarenakan pengaruh pemanasan global (global warming) yang mengakibatkan produksi mutiara tidak sebagus tahun 2009.Volume ekspor mutiara yang naik tipis pun tercermin dalam nilai ekspornya. "Tahun lalu ekspor kita sebesar US$ 19 juta. Tahun ini diperkirakan nilai ekspor mutiara kita naik menjadi US$ 23 juta," ujar Senin (15/8). Prediksi ini melaju 21% dibandingkan dengan nilai ekspor tahun lalu.Sebetulnya, menurut Bambang, Indonesia sangat berpotensi meningkatkan ekspor mutiara. Apalagi, Indonesia menguasai pangsa pasar yang cukup besar untuk komoditas ini, yakni sekitar 53%. Adapun kebutuhan dunia terhadap mutiara tahun ini diperkirakan mencapai 9 ton. "Untuk itu kami meminta kepada pemerintah supaya ada konservasi khusus kerang karena produksi mutiara kita terus menurun," kata Bambang.Ia menjelaskan, mutiara termasuk komoditas yang sulit dibudidayakan. Sebab, budidaya mutiara membutuhkan waktu yang cukup lama, antara tiga hingga lima tahun. Lalu, petani mutiara juga diberatkan dengan pungutan pemerintah daerah (pemda) yang mengatasnamakan otonomi daerah. Parahnya lagi, harga mutiara lokal tak pernah lebih tinggi dari mutiara Australia. Saat ini, harga mutiara Indonesia hanya berkisar US$ 5 per gram, jauh dibandingkan harga mutiara Australia yang mencapai US$ 25 per gram. Bambang memandang, harga yang anjlok ini disebabkan suplai mutiara Indonesia yang berlebih.Melihat kondisi ini, Bambang mengusulkan kepada pemerintah agar membentuk badan penyangga yang mengatur ekspor mutiara. Badan penyangga ini nantinya akan membeli mutiara Indonesia lalu mengekspornya secara bertahap agar dapat menjaga kestabilan harga mutiara Indonesia di pasar internasional. "Saya harap dengan adanya badan penyangga ini harga mutiara Indonesia dapat mencapai US$ 15 per gram," katanya.Terkait dengan pungutan pemda, Asbumi berharap pemda mau menunda pungutan tersebut sampai musim panen tiba. Dengan begitu, proses produksi mutiara tidak dibebani biaya yang berat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pemanasan global, produksi mutiara tergerus
JAKARTA. Ekspor mutiara pada tahun ini naik tipis ketimbang ekspor mutiara pada tahun lalu. Sepanjang tahun lalu, ekspor mutiara mencapai 3,7 ton. Tahun ini, ekspor mutiara diperkirakan hanya mencapai 3,8 ton, atau naik 2,7%.Namun, bila dibandingkan dengan tahun 2009, ekspor mutiara menurun 15,5%. Pada tahun 2009, ekspor mutiara bisa mencapai 4,5 ton. Bambang Setiawan, Sekjen Asosiasi Budidaya Mutiara (Asbumi) mengatakan, penurunan ekspor mutiara ini dikarenakan pengaruh pemanasan global (global warming) yang mengakibatkan produksi mutiara tidak sebagus tahun 2009.Volume ekspor mutiara yang naik tipis pun tercermin dalam nilai ekspornya. "Tahun lalu ekspor kita sebesar US$ 19 juta. Tahun ini diperkirakan nilai ekspor mutiara kita naik menjadi US$ 23 juta," ujar Senin (15/8). Prediksi ini melaju 21% dibandingkan dengan nilai ekspor tahun lalu.Sebetulnya, menurut Bambang, Indonesia sangat berpotensi meningkatkan ekspor mutiara. Apalagi, Indonesia menguasai pangsa pasar yang cukup besar untuk komoditas ini, yakni sekitar 53%. Adapun kebutuhan dunia terhadap mutiara tahun ini diperkirakan mencapai 9 ton. "Untuk itu kami meminta kepada pemerintah supaya ada konservasi khusus kerang karena produksi mutiara kita terus menurun," kata Bambang.Ia menjelaskan, mutiara termasuk komoditas yang sulit dibudidayakan. Sebab, budidaya mutiara membutuhkan waktu yang cukup lama, antara tiga hingga lima tahun. Lalu, petani mutiara juga diberatkan dengan pungutan pemerintah daerah (pemda) yang mengatasnamakan otonomi daerah. Parahnya lagi, harga mutiara lokal tak pernah lebih tinggi dari mutiara Australia. Saat ini, harga mutiara Indonesia hanya berkisar US$ 5 per gram, jauh dibandingkan harga mutiara Australia yang mencapai US$ 25 per gram. Bambang memandang, harga yang anjlok ini disebabkan suplai mutiara Indonesia yang berlebih.Melihat kondisi ini, Bambang mengusulkan kepada pemerintah agar membentuk badan penyangga yang mengatur ekspor mutiara. Badan penyangga ini nantinya akan membeli mutiara Indonesia lalu mengekspornya secara bertahap agar dapat menjaga kestabilan harga mutiara Indonesia di pasar internasional. "Saya harap dengan adanya badan penyangga ini harga mutiara Indonesia dapat mencapai US$ 15 per gram," katanya.Terkait dengan pungutan pemda, Asbumi berharap pemda mau menunda pungutan tersebut sampai musim panen tiba. Dengan begitu, proses produksi mutiara tidak dibebani biaya yang berat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News