KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sudah merancang strategi untuk mendorong pemanfaatan bahan bakar minyak (BBM) campuran sawit dan etanol berbasis tebu. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyatakan demi meningkatkan bahan bakar lebih ramah lingkungan, Indonesia akan semakin mendorong pemanfaatan sawit menjadi program biodiesel B40. “Kita sudah ada B35 tahun depan B40,” ujarnya di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (1/9).
Di tahun lalu, Kementerian ESDM sudah melakukan uji jalan B40 dengan jarak 50.000 km untuk kendaraan di bawah 3,5 ton dan 40.000 km untuk kendaraan di atas 40 ton. Selain itu, telah dilakukan juga uji
cold startability, dan berbagai pengujian lainnya di daerah panas dan dingin agar sesuai dengan kondisi wilayah Indonesia.
Baca Juga: Kementerian ESDM Beberkan Alasan Pertamina Ingin Tambah Mitra Kembangkan Blok Masela Selain sawit, saat ini PT Pertamina juga coba mengembangkan BBM campuran etanol. Perusahaan migas pelat merah ini mulai melakukan pencampuran Pertamax dengan etanol 5% (E5) menjadi Pertamax Green 95. Arifin menyebut, BBM etanol ini baru dilakukan uji coba di Jawa Timur. “Sekarang kebun-kebun di Jawa Timur mau diupayakan dengan teknologi yang dari Brazil untuk bisa produksi itu,” ujarnya. Tidak cuma itu, Pertamina telah melakukan kajian internal untuk mengembangkan BBM etanol lebih jauh dengan mencampurkan Pertalite dengan etanol 7% menjadi Pertamax Green 92. Arifin menyebut untuk memenuhi kebutuhan etanol di masa yang akan datang, rencananya pengembangan bibit tebu akan diperluas ke Papua. “Dulu katanya bibit tebu asalnya dari Papua, dipindah ke Portugis, baru ke Brazil. Nah sekarang balik ke habitatnya (Papua), kalu sudah begitu bisa enggak kita optimalkan itu,” jelasnya. Dengan semakin banyaknya bahan baku tersebut, pengembangan BBM campuran etanol di Indonesia bisa menyamai Brasil sehingga bisa mewujudkan kemandirian energi.
Baca Juga: Ini Konsekuensi Jika Blok Masela Tidak Produksi pada 1 Januari 2030 “Kalau kebun tebunya kita gedein, produktivitas hektarnya
dibanyakin, jadi tidak ada perebutan dengan sektor pangan. Yang penting buat makanan ada, buat energi ada,” tandasnya. Dalam catatan Kementerian ESDM, program Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi diproyeksikan dapat menjadi solusi peningkatan jumlah produksi bioetanol nasional dari 40.000 kiloliter di tahun 2022 menjadi 1,2 juta kiloliter di tahun 2030 dan menjadi potensi campuran BBM jenis minyak bensin. Hal ini didasarkan pada studi yang dilakukan di Brazil, energi yang dihasilkan dari 1 ton tebu setara dengan 1,2 barel crude oil. Saat ini, Pemerintah sedang menyusun Rancangan Peraturan Presiden tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar (Biofuel). Produk bioetanol merupakan salah satu produk turunan yang dihasilkan dari industri gula berbasis bahan baku tebu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .