Pemasok tempe terbesar di Surabaya (1)



Sebagai makanan favorit orang Indonesia, sentra pembuatan tempe bisa ditemukan hampir di setiap daerah. Tak terkecuali di Surabaya, Jawa Timur. Salah satu sentra tempe terbesar di Kota Pahlawan ini berada di Kelurahan Tenggilis. Menjadi sentra tempe sejak puluhan tahun, Kelurahan Tenggilis kini dijuluki sebagai kampung tempe. Di ramaikan 1.000 pengrajin tempe, daerah ini menjadi pemasok tempe terbesar di Surabaya. Sejumlah literatur menyebut,cikal bakal pengrajin tempe di kelurahan ini sudah ada sejak tahun 1940-an. "Di Tenggilis Lama sendiri sudah ada pabrik tempe sejak 1981," kata Muhammad Toyib, koordinator pengrajin tempe di Jalan Tenggilis Lama, Kecamatan Tenggilis Mejoyo.Menurutnya, jumlah pengrajin tempe di Kelurahan Tenggilis sangat banyak. Di Kecamatan Tenggilis Mejoyo saja ada 500 pengrajin. Diperkirakan, jumlah pengrajin di seluruh Kelurahan Tenggilis ada 1.000 orang.Usaha tempe di daerah tumbuh subur karena turun temurun dari generasi sebelumnya. Toyib, misalnya,  mengenal usaha tempe dari ayahnya yang juga menekuni usaha serupa. Setelah belajar langsung dari ayahnya, tahun 1999 Toyib memulai usaha sendiri. Kendati persaingan ketat, pengrajin tempe di daerah ini tetap kompak. Mereka hidup rukun di dalam paguyuban. Salah satunya  yang dikepalai oleh Toyib. Ia berperan sebagai koordinator.  Toyib membawahi 100 pengrajin tempe. "Saya menyediakan kedelainya, ragi sampai seluruh perlengkapan pembuatan tempe," ujarnya. Sebagai pemodal, Toyib kemudian menampung tempe produksi para pengrajin yang menjadi anggotanya. Pengrajin sendiri tetap melayani penjualan skala kecil langsung ke konsumen. Dalam kerjasama ini, Toyib menerapkan sistem bagi hasil. Untuk memudahkan kerjasama, seluruh pengrajin dikumpulkannya di satu lokasi yang jaraknya hanya 300 meter dari rumah Toyib. Sebagian besar dari mereka merupakan warga Pekalongan. Jumlahnya lebih dari 60%, dan sisanya warga asli Tenggilis, Surabaya. Kondisi ini berbeda dengan masa-masa awal yang didominasi warga asli Tenggilis, Surabaya. "Sekarang makin banyak warga Pekalongan ke sini untuk menjadi pengrajin tempe," jelasnya.

Koordinator pengrajin lainnya adalah Abdul Haris yang berada di Jalan Tenggilis Kauman. Haris membawahi 40 pengrajin. Sama seperti Toyib, Haris juga mengumpulkan para pengrajin di dalam satu lahan miliknya. Haris memulai usahanya tahun 1997. "Dulu baru ada tiga pengrajin," kenang pria 50 tahun ini. Saat itu, ia hanya sanggup menghabiskan 8,5 ton ke delai per bulan. Sekarang produksi tempenya sudah berkembang pesat. Dalam sehari, ia bisa menghabiskan sampai 2,5 ton kedelai. Total omzetnya pun di atas Rp 600 juta per bulan. Namun, omzet itu tentu masih dibagi dengan seluruh pengrajin. (Bersambung)       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini