KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembagian dividen diperkirakan bakal semarak tahun ini seiring dengan meningkatnya kinerja emiten sepanjang tahun lalu. Tapi investor mesti cermat dalam mencari cuan pembagian dividen. Salah satu risiko dari dividen adalah perangkap dividen alias
dividend trap.
Dividend trap terjadi ketika harga saham suatu emiten turun karena pembagian dividen. Seringkali, harga saham akan jatuh pada tanggal ex-date dividend. Analis Mirae Asset Sekuritas Handiman Soetoyo menilai, ada beberapa faktor yang mesti dicermati oleh investor untuk menghindari
dividend trap. Misalkan, investor jangan hanya terpaku pada
dividend yield tinggi.
Selain itu, investor juga kudu cermati rasio pembayaran dividen atau
dividend payout ratio. Rasio pembayaran dividen lebih dari 100% laba tidak selalu menjadi indikator yang baik, karena rasio ini tidak akan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Baca Juga: Pembagian Dividen Bakal Ramai Tahun Ini, Simak Tips Bagi Investor Berikut Handiman menilai, tidak ada patokan rasio pembayaran dividen karena besaran dividen akan sangat bervariasi antarsektor. Hanya,
dividend payout ratio antara 30% sampai 70% dianggap cukup menarik bagi pemegang saham dan akan mendukung pertumbuhan organik/anorganik suatu emiten. Investor juga harus membedah kinerja keuangan emiten, seperti laba, arus kas, utang, ekuitas, dan potensi pertumbuhan. Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menilai, aspek likuiditas tentu menjadi sesuatu yang penting diperhatikan bagi investor bila ingin membeli saham pembagi dividen. Terlebih jika jangka waktu investasinya tidak cukup panjang. Ini karena sejumlah emiten yang rutin membagikan dividen terpantau memiliki aspek likuiditas saham yang kurang. Jangan sampai, investor sulit untuk menjual kembali karena likuiditas yang kurang sehingga menimbulkan
dividend trap.
Baca Juga: Wahai Dividend Hunter, Ini Bocoran Saham-Saham yang Tawarkan Dividen Menarik di 2023 Selain itu, investor harus mencermati jumlah modal yang diinvestasikan. Sebab, semakin besar modal yang digunakan, maka akan tidak mudah untuk melakukan penjualan
(exit) sekaligus dalam waktu singkat. Pelaku pasar juga harus mencermati aspek sektoral dari emiten yang akan membagikan dividen. Sebab, beberapa emiten cenderung membagikan dividen secara siklikal. Misalkan emiten di sektor energi, yang mana ketika harga komoditas menurun, potensi dividen dari emiten energi juga menurun, begitu juga sebaliknya. “Kalau pertimbangan sektoral bisa saja memilih emiten dari sektor
non-cyclical seperti perbankan dan
consumer non-cyclical agar perolehan dividen lebih maksimal,” kata Ivan kepada Kontan.co.id, Rabu (18/1).
Baca Juga: IHSG Diprediksi Menguat Terbatas Pada Kamis (19/1) Handiman mengatakan, investor juga harus mencermati konsistensi emiten dalam membagikan dividen. Emiten dengan pertumbuhan laba bersih yang stabil dan/atau rutin dalam kebijakan dividen memiliki potensi pembagian yang lebih jelas. Pelaku pasar juga sepatutnya berhati-hati saat mengejar saham hanya karena pembagian dividennya. Menurut Handiman, waktu paling berisiko untuk membeli saham adalah ketika perusahaan sudah mengumumkan dividennya. Seringkali,
dividend hunter jangka pendek jatuh ke
dividend trap karena mereka membeli saham setelah perusahaan mengumumkan rencana pembagian dividen. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati