KONTAN.CO.ID - BRUSSELS. Pejabat Uni Eropa dan China hingga saat ini tengah membahas alternatif untuk tarif Eropa atas kendaraan listrik (EV) China. Reuters melaporkan, pembahasan juga termasuk harga minimum yang dapat digunakan untuk menjual mobil tersebut di Eropa. Akan tetapi, seorang pejabat Eropa pada hari Senin (25/11/2024) mengatakan, belum ada solusi yang akan segera tercapai antara kedua belah pihak terkait hal ini.
Sebelumnya, Bernd Lange, ketua komite perdagangan Parlemen Eropa, mengatakan kepada penyiar Jerman pada hari Jumat bahwa kesepakatan antara 27 negara anggota UE dan China untuk mengganti tarif dengan sesuatu yang lain sudah dekat. Namun pejabat UE, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas pembicaraan dengan Beijing mengatakan hal ini tidak benar. Pasalnya, meskipun pembicaraan terus berlanjut, masih ada hambatan yang menghalangi tercapainya kesepakatan. Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah menetapkan harga minimum untuk mobil listrik yang diimpor dari China untuk menaikkan harganya. Menurut kesimpulan UE setelah penyelidikan panjang adalah harga yang ditetapkan China dibuat rendah karena subsidi dari negara. Baca Juga: Perang Dagang Jilid 2 dengan Donald Trump Bisa Bikin Ekonomi Tiongkok Hancur Untuk mengatasi subsidi, Uni Eropa bulan lalu menaikkan tarif pada kendaraan listrik buatan China hingga 45,3% dalam penyelidikan perdagangan yang paling menonjol. Ini menjadi langkah yang telah memecah belah Eropa dan memicu pembalasan dari Beijing. Kamar Dagang China untuk UE saat itu mengatakan sangat kecewa dengan tindakan UE yang "proteksionis" dan "sewenang-wenang". Mengutip Luxemberg Times, stasiun penyiaran Jerman N-TV sebelumnya melaporkan bahwa UE dan Tiongkok hampir mencapai kesepakatan untuk mengganti bea masuk, mengutip pernyataan seorang anggota parlemen Parlemen Eropa. Saham produsen mobil Tiongkok naik pada hari Senin setelah analis di Morgan Stanley mengatakan negosiasi tersebut menjadi pertanda baik bagi produsen kendaraan listrik negara itu. Pembicaraan sebagian besar difokuskan pada pembentukan mekanisme komunikasi antara Brussels dan Beijing, serta menghindari risiko yang disebut kompensasi silang, di mana harga impor minimum untuk kendaraan listrik diimbangi dengan penjualan barang lain seperti mobil hibrida dan aksesori.