Pembangkit Listrik 128 MW Freeport Indonesia Ditargetkan Comissioning pada Akhir 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup teknologi Wärtsila mengungkapkan proses konstruksi pembangkit listrik dual fuel berkapasitas 128 MW di PT Freeport Indonesia (PTFI) akan mencapai tahap comissioning di akhir tahun ini. 

Febron Siregar, Direktur Sales, Indonesia, Wärtsilä Energy menjelaskan pada dua tahun yang lalu pihaknya menandatangani kerja sama dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk membangun 128 MW pembangkit dual fuel yang menggunakan bahan bakar cair atau gas. 

“Saat ini masih dalam masa konstruksi dan diharapkan akhir tahun ini bisa commisioning,” jelasnya dalam acara di Jakarta, Kamis (15/9). 


Baca Juga: Teknologi Baterai Akan Dukung Energi Terbarukan Jadi Sumber Energi Dominan

Febron menjelaskan, Freeport Indonesia awalnya pertambangannya open pit atau dipermukaan. Namun semakin lama, cadangan open pit mulai menipis sehingga saat ini Freeport Indonesia menggarap underground mining. Otomatis Freeport Indonesia membutuhkan lift dan peralatan lain sehingga kebutuhan listrik lebih besar. 

“Maka itu mereka membutuhkan pembangkit listrik di pertambangannya,”  jelasnya. 

Pembangkit yang dibuat di PTFI ini dipakai untuk kebutuhan sendiri. Febron menjelaskan, seiring dengan target pemerintah Indonesia untuk meningkatkan bauran energi sebanyak 23% di 2025, tentu PTFI juga akan meningkatkan bauran energi energi terbarukan di aktivitas bisnisnya. 

Wiwin Suhendri, Senior Business Development Manager Energy Solution memaparkan lebih lanjut, kebutuhan Freeport selain penambahan daya listrik juga perubahan ke pembangkit yang lebih bersih. 

“Freeport diminta pemerintah supaya pembangkitnya lebih bersih, sekarang kan menggunakan diesel atau PLTU, dengan teknologi dual fuel someday mereka akan bawa gas ke sana,” jelasnya dalam kesempatan yang sama. 

Arahnya memang untuk pembangkit yang lebih bersih. Selain menggunakan teknologi dual fuel, pihaknya juga akan mendorong penggunaan baterai untuk mengurang carbon footprint di pertambangan freeport. 

Baca Juga: Bisnis Pertambangan Moncer, Mind Id Bidik Pendapatan Rp 108 Triliun Tahun Ini

Melansir keterangan resmi yang disampaikan Wartsila pada 2020, untuk melancarkan proyek ini, Wartsila membuat konsorsium dengan PT PP Tbk yang akan memasang serta membangun pembangkit yang membutuhkan 14 set pembangkit bahan bakar ganda 34DF. 

Mesin Wärtsilä 34DF dapat beroperasi pada berbagai bahan bakar. Fleksibilitas ini akan memungkinkan pembangkit untuk beralih ke operasi dengan gas alam ketika tersedia secara lokal. Awalnya mesin akan menggunakan biodiesel B30 Indonesia. Fleksibilitas awal mesin yang cepat juga akan memungkinkan integrasi energi dari sumber terbarukan, seperti matahari dan angin, di masa depan.

Peralatan Wärtsil dijadwalkan untuk pengiriman antara Juli dan November 2021. Tujuh mesin pertama diharapkan akan secara resmi diserahkan pada Maret 2022, dengan tujuh sisanya akan diserahkan pada Juli 2022.

Pabrik tersebut berlokasi di Amamapare, lokasi pelabuhan PT Freeport Indonesia di Papua, Indonesia. Dari sini listrik akan dialirkan ke tambang Grasberg melalui saluran transmisi sepanjang 100 kilometer. Tambang ini terletak di dataran tinggi terpencil Pegunungan Sudirman di provinsi Papua, bagian barat pulau New Guinea. Baik tambang maupun lokasi pelabuhan tidak terhubung ke jaringan 50 Hz. Tambang beroperasi pada catu daya 60 Hz. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .