Pembangkit listrik mahal, batubara sulit berjaya



JAKARTA. Harapan naiknya permintaan batubara belum juga terlihat. Pasalnya, pembangunan pembangkit listrik batubara ramah lingkungan menelan biaya besar dan waktu pengerjaan yang cukup lama.

Mengutip Bloomberg, Rabu (3/2) harga batubara kontrak pengiriman Februari 2016 di ICE Future Exchange naik tipis 0,009% ke level US$ 50,45 dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, batubara tergerus 1,17%.

Pengamat Komoditas, Andri Hardianto mengatakan, pembangunan pembangkit listrik batubara ramah lingkungan yang memakan waktu lama menjadi tantangan bagi harga batubara.


Southern Co, salah satu perusahaan tambang batubara terbesar di Amerika Serikat (AS) terpaksa menunda pembukaan pembangkit listrik batubara miliknya lantaran adanya kenaikan biaya.

Southern Co berharap dapat menyeselesaikan pembangkit listrik di kuartal ketiga tahun ini atau mundur dari rencana awal pada semester I – 2016. Biaya pembangunan proyek pembangkit listrik tersebut telah melambung tiga kali lipat dari anggaran awal. Sedangkan jadwal penyelesaikan mundur hingga dua tahun. Perusahaan menyatakan masih ada kemungkinan adanya kelebihan biaya serta penundaan kembali.

Tak hanya di AS, pembangunan pembangkit listrik batubara ramah lingkungan di Jepang juga mengalami nasib serupa, yakni terkendala biaya.

Di saat yang sama, penggunaan energi ramah lingkungan seperti gas alam, angin dan tenaga surya semakin meningkat. “Penggunaan energi ramah lingkungan di China sebagai konsumen batubara terbesar dunia semakin meningkat. Selain itu, pertumbuhan ekonomi China juga mempengaruhi harga batubara,” ujarnya

Dalam jangka panjang, Andri melihat batubara sulit kembali berjaya seperti lima tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie