JAKARTA. Pembangkit listrik menjadi penopang utama pendapatan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (
KIJA) selama enam bulan pertama tahun ini dengan menyumbang kontribusi 49,8%. Mengutip laporan keuangan KIJA semester I, Rabu (5/8) perseroan meraup pendapatan Rp 1,47 triliun atau naik tipis 2,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 1,42 triliun. Sementara pendapatan dari pembangkit listrik mencapai 7,33,5 miliar atau memberi sumbangsih 49,8% terhadap total pendapatan perseroan. Pendapatan dari pembangkit listrik ini naik 22% dibanding dengan semester I 2014. Paruh pertama tahun lalu, pendapatan dari bisnis ini hanya menyumbang pendapatan sebesar Rp 601,06 miliar.
Pendapatan lain berasal dari penjualan tanah matang Rp 275,9 miliar atau turun dari periode yang sama tahun lalu 452 miliar, tanah dan bangunan pabrik turun Rp 96,7 miliar, ruang perkantoran dan ruko Rp 83,7 miliar, tanah dan rumah Rp 49,9 miliar. Lalu, pendapatan dari tanah, vila dan pariwisata naik dari Rp 1,27 miliar menjadi Rp 14,3 miliar, jasa dan pemeliharaan Rp 120 miliar, Dry port Rp 62 miliar, golf Rp 30,2 miliar, penyewaan ruang perkantoran pabrik dan ruko Rp 6,4 miliar, dan kondominium Rp 1,6 miliar. Kendati pendapatan masih tumbuh, laba bersih KIJA merosot tajam sampai 40,6% menjadi Rp 249,8 miliar dari Rp 421,2 miliar pada semester I 2014. Alhasil, laba bersih per saham turun dari Rp 20,82 menjadi Rp 12,35 per saham. Merosotnya laba bersih ini terjadi akibat melonjaknya beban yang harus dipikul perseroan terutama beban keuangan dengan kenaikan 157% secara year on year (yoy) menjadi Rp 394,6 miliar. Tak hanya itu, beban penjualan juga naik dari Rp 21,7 miliar menjadi Rp 28,9 miliar serta beban umum dan administrasi naik dari Rp 130,8 miliar menjadi Rp 166,9 miliar. Adapun luas tanah KIJA untuk dikembangkan saat ini tercatat seluas 3.053 hektare (ha). Seluas 1535 ha berada di Pandeglang, 1.120 ha di Cikarang dan 406 ha di Kendal. Namun, yang sudah bersertifikat baru 2,091 ha, 739 sudah pelepasan hak dan 223 dalam proses balik nama. Per akhir Juni 2015, total aset perseroan sebesar Rp 9,97 triliun atau naik 17,2% dari Rp 8,5 triliun pada periode akhir Desember 2014. Jumlah liabilitasnya meningkat tajam yakni mencapi 34% dari Rp 3,86 triliun menjadi Rp 5,17 triliun.
Sekretaris perusahaan KIJA, Muljadi Suganda mengatakan perubahan total kewajiban perseroan lebih dari 20% selama semester I terjadi terutama disebabkan kenaikan pinjaman obligasi perseroan dalam mata uang dollar AS sebesar US$ 70 juta. Dengan begitu, kewajiban perseroan meningkat menjadi sebesar US$ 301,28 juta per 30 Juni 2015 dari US$ 231,28 juta per akhir Desember 2014. "Selain itu faktor menguatnya nilai tukar dollar AS terhadap rupiah dari Rp 12.440 menjadi Rp 13.332 menyebabkan kenaikan kewajiban pe akhir Juni." kata Muljadi dalam keterbukaan. Adapun jumlah kas dan setara kas KIJA akhir periode Juni meningkat menjadi Rp 1,42 triliun dari Rp 594,1 miliar di awal periode. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto