Pembangkit Paiton Energy kesulitan batubara



JAKARTA. Perusahaan pembangkit listrik swasta, PT Paiton Energy mengeluhkan pasokan batubara untuk kebutuhan pembangkit listrik mereka. Pembangkit listrik milik perusahaan ini membutuhkan batubara berkadar kalori 5.200 kilokalori per kilogram (kkal/kg).

Syakib Bafagih, Direktur Keuangan PT Paiton Energy menyatakan, meski harga batubara sedang murah, belakangan ini susah mencari batubara berkadar 5.200 kkal/kg. "Dulu banyak sekali, sekarang sudah sulit mendapatkannya," ujarnya kepada KONTAN, Sabtu (20/2).

Saat ini pasokan batubara yang diproduksi oleh perusahaan pertambangan memiliki kalori 4.300 kkal/kg-4.700 kkal/kg atau jenis batubara kalori rendah. Batubara jenis tersebut di bawah kebutuhan batubara yang dinginkan pembangkit Paiton.


Jika kadar kalori batubara berubah, spesifikasi mesin pembangkit listrik juga ikut berubah. Itu sebabnya, Syakib menyatakan perusahaan pembangkit listrik ini terus mencari pasokan batubara tersebut. Sebab, "Jika kami mengubah spesifikasi mesin, biayanya mahal dan proses penggantian mesinnya juga mahal," tandas Syakib.

Sekadar catatan, selama ini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik Paiton mendapatkan pasokan batubara dari PT Adaro Energy Tbk dan PT Kideco Jaya Agung. Tiap tahun, kedua perusahaan tambang batubara tersebut memasok sekitar 8 juta-9 juta ton batubara ke Paiton.

Dari dua perusahaan pemasok batubara tersebut, porsi dari Adaro terbilang lebih besar. Batubara tersebut sebagai bahan bakar utama PLTU milik Paiton yang berkapasitas 2.000 Megawatt (MW).

Namun Syakib belum bersedia membeberkan jumlah kebutuhan total batubara kalori 5.200 kkal. Ia juga belum memberikan penjelasan lebih detil dampak seretnya suplai batubara kalori sedang terhadap produksi listrik di pembangkit tersebut.

Saat ini, Paiton Energ memiliki PLTU Paiton Unit 7 dan Unit 8 berkapasitas 2x615 MW. Pembangkit itu menggunakan teknologi boiler sub critical. Paiton juga memiliki PLTU Paiton unit III berkapasitas 815 MW yang menggunakan teknologi super critical boiler yang menghabiskan sekitar US$ 1,5 miliar.

Jalaran sulit mendapatkan pasokan batubara seperti ini, Paiton belum berencana menambah pembangkit lagi. Syakib menyatakan, perusahaan ini tidak tertarik dengan proyek pembangkit listrik berkapasitas terbatas kecil atau di bawah 300 MW. "Shareholder kami tidak tertarik membangun pembangkit kapasitas kecil tersebut," ujar Syakib.

Menurut Syakib, pembangunan pembangkit listrik dengan kapasitas di bawah 300 MW dengan berkapasitas di atas 300 MW memiliki risiko yang sama. Alhasil, Paiton lebih tertarik melirik pembangunan pembangkit berskala besar. Pun demikian, Paiton tetap, memantau tender pembangkit pemerintah.

Perlu diketahui, listrik yang dihasilkan oleh merupakan salahsatu penyuplai utama di jaringan listrik di Jawa dan Bali. Karenanya pasokan batubara bisa mempengaruhi pasokan setrum mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia