Pembangunan blast furnace KRAS berjalan 80%



CILEGON. Pembangunan komplek blast furnance PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang berlokasi di Krakatau Industrial Estate Cilegon telah mencapai 80%. Sedangkan pengerjaan konstruksi dapur pengolah bijih besi ini sudah mencapai 62%. Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Irvan Kamal Hakim mengaku optimis mengejar operasional pada April 2015 mendatang. "Sebagai tahap awal, kami akan segera merealisasikan pembangunan sintering plant dan coke oven plant, sebagai bagian dari blast furnaceā€ kata dia di Cilegon, Jumat (9/1).

Sintering plant nantinya berfungsi menghasilkan bahan baku iron ore fines, return fines, dan flux dan coke oven plant. Sedangkan cokes oven plant nantinya akan menghasilkan kokas sebagai bahan bakar pabrik blast furnace.

Manajemen perusahaan berkode saham KRAS ini telah meresmikan coke oven plant kemarin.


Investasi pabrik ini mencapai Rp 6 triliun. Dengan adanya pabrik ini, Krakatau Steel akan berhemat sampai US$ 100 untuk setiap ton baja yang diproduksi.

Irvan berharap, dalam tiga bulan ini pekerjaan pemasangan bata tahan api (refractory) dapat diselesaikan sehingga pada Mei 2015 sudah dapat melakukan proses pencampuran pertama (first fusion), serta pada September 2015 awal proses peniupan tungku (first blow).

Proyek blast furnace ini dikerjakan dua kontraktor yaitu MMC Ceri dari Tiongkok serta PT Krakatau Enginering anak usaha PT Krakatau Steel yang bergerak di bidang enggineering, procurment, and construction (EPC).

Irvan mengatakan, dalam proses produksi blast furnance nantinya memiliki sejumlah produk samping yakni cold tar 24.000 ton yang dapat diolah sebagai bahan baku pembuatan ban, benzoin yang sering dipergunakan sebagai bahan bakar industri kimia, serta slag untuk industri Krakatau Semen Indonesia.

"Saat ini sudah ada perusahaan yang akan membeli produk-produk samping tersebut, diharapkan akan menjadi nilai tambah dengan beroperasi blast furnance nantinya," kata Irvan. Sedangkan Direktur Proyek Komplek Blast Furnance PT Krakatau Steel R. Hernanto mengatakan pembangunan proyek blast furnance yang dimulai 26 Juli 2014 bukan pekerjaan mudah. Sebelumnya dilakukan pembebasan lahan sebelum memasuki pekerjaan konstruksi.

"MCC Ceri merupakan perusahaan kontraktor terkemuka di Tiongkok sehingga kemampuannya tidak diragukan lagi untuk menyelesaikan proyek blast furnance," ujar dia.

Untuk menjamin kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan PT Krakatau Engineering menggandeng Baosteel Engineering merupakan perusahaan EPC dibidang pabrik baja lima besar di Tiongkok. Perusahaan ini juga sudah memiliki rekam jejak membangun 300 pabrik baja di Tiongkok, kata Hernanto.

Hernanto juga mengatakan Krakatau Engineering juga banyak menggunakan tenaga-tenaga Indonesia yang sebelumnya sudah memiliki pengalaman dalam membangun pabrik Krakatau Posco.

"Kami membutuhkan orang-orang berpengalaman untuk menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan akurasi tinggi, apalagi pabrik ini dirancang dapat beroperasi selama 15 tahun," ujar dia.

Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pembangunan blast furnance mencapai 2.600 orang, sedangkan ekpastriat asal Tiongkok kurang dari 1% yang terlibat atau sekitar 52 orang saja yang bisa bertambah jumlahbya.

Hernanto mengatakan, Krakatau Engineering, MCC CERI, serta Bousteel akan terlibat dalam pembangunan keseluruhan komplek Blast Furnance sampai pelaksanaan heating up yang menandai beroperasinya pabrik secara keseluruhan. (Ganet)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia