KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor kawasan industri diyakini mampu mencetak penjualan yang lumayan di tahun ini. Hal itu seiring kebutuhan akan pembangunan pabrik dan gudang baru, serta katalis positif dari digenjotnya pembangunan infrastruktur di Indonesia. Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei mengatakan prospek permintaan lahan industri masih sangat baik, terutama di wilayah Jawa Barat (Jabar). Sektor yang sedang bertumbuh seperti
data center, logistik dan otomotif akan menjadi katalis positif penjualan emiten kawasan industri. Wilayah Jawa Barat terutama di kawasan timur Jakarta nampaknya masih menjadi favorit investor. Sebab, infrastruktur yang memadai dan akses ke pelabuhan Tanjung Priok.
Menurut Jono, wilayah Jabar unggul karena memiliki banyak infrastruktur yang memadai & akses mudah seperti pelabuhan Tanjung Priok dan Tol Jakarta-Cikampek. Populasi yang padat, akses mudah ke kota besar, dan upah yang lebih tinggi telah menyebabkan industri daerah di Jabodetabek untuk memiliki harga tanah yang lebih tinggi.
Baca Juga: Anak Usaha Bakal IPO, Begini Rekomendasi Saham Merdeka Copper Gold (MDKA) "Kami memperhatikan bahwa Jawa Barat dan sektor kawasan industri menjadi penyumbang terbesar investasi Indonesia, baik untuk asing maupun domestik," ucap Jono kepada Kontan.co.id, Jumat (3/3). Tetapi, lanjut Jono, daerah Jawa lainnya pun bakal ramai dipantau. Sebagaimana daerah Jabar, wilayah Jawa lainnya memiliki pertumbuhan penduduk dan kontribusi ekonomi yang cukup besar, meski upah & biaya lebih rendah. Beberapa pemain dan perusahaan
real estate juga mengembangkan kawasan industri di Jawa Timur & Jawa Tengah seperti PT Intiland Development Tbk (DILD) dengan proyek Batang Industrial Park, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) dengan proyek Kendal Industrial Park) dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) yang mengembangkan JIIPE Gresik. Jono mengatakan, mayoritas penyewa di area Jawa Tengah berasal dari industri ringan-menengah yaitu
food & beverage (F&B), industri kemasan, elektronik, dan lain lain. Sedangkan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur (Jatim) berfokus pada industri logam, energi, dan kimia. Analis CGS CIMB Bob Setiadi dalam riset 27 Februari 2023 menjelaskan bahwa pembangunan smelter tengah digenjot penyelesaiannya oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) di kawasan JIIPE, Gresik, Jatim. Pembangunan smelter PT Freeport Indonesia di JIIPE saat ini progresnya sudah 54% dan ditargetkan selesai pertengahan tahun 2024. JIIPE juga sedang membangun dermaga dua sisi khusus untuk PTFI. Selain itu, PTFI sedang membangun ban berjalan sendiri untuk mengangkut bahan baku dan produk jadi ke dan dari pabrik peleburan. Bob menilai, dorongan pemerintah untuk menyelesaikan proyek smelter menjadi katalis positif bagi AKRA sebagai pemilik 60% dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE. Selain itu, manajemen JIIPE optimis dapat mencapai target investasi asing langsung atau
foreign direct investment (FDI) sebesar US$ 6,7 miliar untuk JIIPE pada tahun 2024, dimana saat ini telah tercermin 55% dari target. Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa turut melihat pengembangan Pelabuhan Patimban juga dapat menjadi katalis positif bagi emiten kawasan industri lainnya yakni PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA). Salah satu proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut bakal mendorong penjualan lahan pada Subang Smartpolitan yang dikelola SSIA karena terkoneksi langsung.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Bumi Resources (BUMI) yang Bakal Private Placement Lagi Subang Smartpolitan ialah kawasan industri terbaru SSIA yang berlokasi di Jawa Barat dengan luas total 2.717 hektare (ha). Mitra
joint venture (JV) bersama SSIA tengah mempercepat proses pengembangan yang akan memiliki akses tol langsung ke Pelabuhan Patimban. Pelabuhan tersebut diharapkan menjadi pelabuhan terbesar kedua di Indonesia, setelah Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta Utara yang ditargetkan rampung pada kuartal IV-2024. "Patimban akan menjadi episentrum industri otomotif Indonesia selanjutnya," ungkap Yasmin dalam risetnya tanggal 27 Februari 2023. Sedikit kilas balik, Jono menjelaskan bahwa PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) masih memimpin penjualan lahan industri dengan 60 ha terjual di sepanjang tahun lalu. PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) cukup mengejutkan karena penjualan tanah mencapai 16 ha, setelah mengalami masa suram pada tahun 2020-2021. Sementara, KIJA & SSIA membukukan penjualan lahan masing-masing sekitar 11 ha dan 10 ha. "Dari sisi harga, semua perusahaan tersebut menunjukkan kenaikan. Ini artinya permintaan masih tinggi terutama dari beberapa industri yang sedang berkembang di Indonesia misalnya pusat data dan logistik," papar Jono. Jono melihat kondisi ini akan menjadi sentimen positif bagi DMAS karena infrastruktur yang dimiliki dapat lebih menarik investor terutama kebutuhan pusat data (
data center). DMAS pun baru merealisasikan capaian selama tahun lalu yang mencetak kenaikan profit, sehingga dapat terus konsiten membagikan dividen.
Senada, Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano masih menjagokan DMAS sebagai pilihan utama di sektor kawasan industri. Sebab, permintaan dari pusat data diyakini akan tetap kuat dan meningkat di tahun ini. "Pengembangan lebih cepat dari bisnis komersial dan perumahan akan menjadi katalis positif bagi DMAS," tulis Victor dalam riset 2 Maret 2023.
Editor: Tendi Mahadi