JAKARTA. PT Indosmelt menunda pelaksanaan peletakan batu pertama atawa groundbreaking pabrik pemurnian (smelter) pada Mei mendatang. Semula, perusahaan tersebut berencana memulai kegiatan konstruksi smelter pada Februari silam dan ditargetkan rampung pada awal 2017 mendatang. Natsir Mansur, Direktur Utama Indosmelt mengatakan, penundaan konstruksi terpaksa dilakukan lantaran hingga sekarang perusahaannya belum memperoleh kepastian pasokan bahan baku konsentrat tembaga yang nantinya akan diproses menjadi copper cathode. "Tidak jadi groundbreaking Februari kemarin, kami targetkan bisa terlaksana pada Mei depan. Kami masih menunggu kepastian alokasi konsentrat," kata dia ke KONTAN, Rabu (2/4). Indosmelt berencana membangun smelter di Maros, Sulawesi Selatan. Perusahaan tersebut membutuhkan bahan baku konsentrat tembaga sebanyak 500.000 ton per tahun, dengan kapasitas produksi copper cathode sebanyak 120.000 ton per tahun. Perusahan ini akan menginvestasikan dana senilai US$ 1 miliar untuk proyek smelter ini. Menurut Natsir, sejatinya Indosmelt telah menggelar perjanjian jual beli bersyarat atawa conditional sales purchase agreement (CSPA) dengan PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara untuk pasokan konsentrat pada 2017 mendatang. Namun, perusahaannya masih menunggu ketetapan pemerintah yang hendak memfasilitasi sebaran penjualan konsentrat tembaga di dalam negeri. Sebabnya, selain Indosmelt terdapat juga perusahaan lain yang akan membangun smelter copper cathode, seperti PT Nusantara Smelting, PT Aneka Tambang Tbk, dan PT Indovasi Mineral. Natsir bilang, meskipun pelaksanaan groundbreaking tertunda pihaknya masih optimistis penyelesaian pabrik tersebut dapat terlaksana pada awal 2017. "Kami merencanakan mendapat pasokan konsentrat sekitar 70% dari Freeport dan 30% berasal dari Newmont. Kami juga akan menyerap konsentrat dari izin usaha pertambangan (IUP) yang ada di Sulawesi Selatan," ujar Natsir.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pembangunan smelter Indosmelt mundur jadi Mei
JAKARTA. PT Indosmelt menunda pelaksanaan peletakan batu pertama atawa groundbreaking pabrik pemurnian (smelter) pada Mei mendatang. Semula, perusahaan tersebut berencana memulai kegiatan konstruksi smelter pada Februari silam dan ditargetkan rampung pada awal 2017 mendatang. Natsir Mansur, Direktur Utama Indosmelt mengatakan, penundaan konstruksi terpaksa dilakukan lantaran hingga sekarang perusahaannya belum memperoleh kepastian pasokan bahan baku konsentrat tembaga yang nantinya akan diproses menjadi copper cathode. "Tidak jadi groundbreaking Februari kemarin, kami targetkan bisa terlaksana pada Mei depan. Kami masih menunggu kepastian alokasi konsentrat," kata dia ke KONTAN, Rabu (2/4). Indosmelt berencana membangun smelter di Maros, Sulawesi Selatan. Perusahaan tersebut membutuhkan bahan baku konsentrat tembaga sebanyak 500.000 ton per tahun, dengan kapasitas produksi copper cathode sebanyak 120.000 ton per tahun. Perusahan ini akan menginvestasikan dana senilai US$ 1 miliar untuk proyek smelter ini. Menurut Natsir, sejatinya Indosmelt telah menggelar perjanjian jual beli bersyarat atawa conditional sales purchase agreement (CSPA) dengan PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara untuk pasokan konsentrat pada 2017 mendatang. Namun, perusahaannya masih menunggu ketetapan pemerintah yang hendak memfasilitasi sebaran penjualan konsentrat tembaga di dalam negeri. Sebabnya, selain Indosmelt terdapat juga perusahaan lain yang akan membangun smelter copper cathode, seperti PT Nusantara Smelting, PT Aneka Tambang Tbk, dan PT Indovasi Mineral. Natsir bilang, meskipun pelaksanaan groundbreaking tertunda pihaknya masih optimistis penyelesaian pabrik tersebut dapat terlaksana pada awal 2017. "Kami merencanakan mendapat pasokan konsentrat sekitar 70% dari Freeport dan 30% berasal dari Newmont. Kami juga akan menyerap konsentrat dari izin usaha pertambangan (IUP) yang ada di Sulawesi Selatan," ujar Natsir.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News