Pembatasan impor kedelai berdampak ke pengrajin



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adanya usulan pembatasan impor kedelai akan berdampak pada pengrajin pengguna kedelai karena tidak bisa beroperasi. Hal ini diutarakan oleh Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), Yusan.

Yusan mengatakan, kedelai paling banyak digunakan oleh pengrajin tahu dan tempe. Pengrajin-pengrajin ini merupakan pelaku usaha mikro yang sangat membutuhkan keberadaan kedelai. Menurutnya, mereka hanya akan menghasilkan pendapatan apabila bisa berjualan.

Menurut Yusan, pembatasan impor ini akan menyebabkan kedelai sulit didapatkan dan harganya akan semakin mahal. Sementara, produksi kedelai lokal masih rendah.


"Produksi kedelai masih jauh dari mencukupi. Sekarang ini kedelai juga belum menjadi pilihan. Meskipun masih ada yang menanam kedelai, saat ini lebih banyak petani yang menanam jagung," tutur Yusan kepada Kontan.co.id, Jumat (15/12).

Menurut Yusan, petani tidak akan berlomba-lomba menanam kedelai apabila pembatasan impor dilakukan. Pasalnya, kedelai hanya merupakan tanaman pilihan yang ditanam untuk menggantikan tanaman sebelumnya.

Petani melakukan hal ini untuk menghindari hama. "Jadi bukan petaninya yang bertambah. Petani tetap, karena kedelai hanya untuk rotasi tanaman," katanya

Tak hanya bagi pengrajin, Yusan berpendapat, kekurangan kedelai akan berpengaruh pula bagi masyarakat khususnya yang mengonsumsi tahu dan tempe.

Masyarakat pun akan semakin sulit mendapatkan tahu dan tempe karena pengrajin tidak beroperasi. Padahal, menurutnya tahu dan tempe mengandung protein yang bisa didapatkan dengan harga murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto