Pembayaran Pakai QRIS di Thailand Terbukti Jauh Lebih Murah Dibanding Tarik Tunai



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masyarakat Indonesia yang bepergian ke Thailand dan sebaliknya sudah hampir dua bulan bisa melakukan transaksi pembayaran di merchant dengan menggunakan scan QR. Ada 8 penyelenggara jasa pembayaran (PJP) Indonesia yang aplikasinya bisa dipakai bertransaksi menggunakan QRIS di Thailand.

Implementasi kerjasama pembayaran berbasis QR Code lintas negara atau cross-border QR payment linkage antara Indonesia dan Thailand telah dimulai sejak 29 Agustus 2022.  Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa implementasinya sejauh ini menunjukkan perkembangan yang cukup baik.

Kerjasama itu ditargetkan meningkatkan efisiensi dan menciptakan pembayaran lintas negara yang semakin inklusif. BI sebelumnya memastikan bahwa transaksi pembayaran menggunakan QRIS akan jauh lebih murah dibandingkan menggunakan kartu maupun lewat menukar uang di money changer lantaran pemrosesan transaksi sudah dilakukan secara langsung dengan mata uang lokal atau tanpa perantaran mata uang asing.


KONTAN telah membuktikan bahwa transaksi menggunakan QRIS memang benar-benar jauh lebih murah jika dibandingkan dengan melakukan tarik tunai di ATM saat berkunjung ke Bangkok. Pada 27 Oktober 2022, KONTAN melakukan tarik tunai dengan menggunakan kartu debit BCA sebesar 2.000 bath di salah satu ATM bank Thailand.

Baca Juga: Bank Berlomba Luncurkan Kartu Kredit Digital, Apa Saja Keunggulannya?

Saat melihat mutasi lewat BCA Mobile Banking maka besaran tarik tunai yang terpotong mencapai Rp 929.954 dan ditambah biaya fee tarik tunai antar bank sebesar Rp 25.000. Artinya, nilai tukar kurs bath yang dikenakan Rp 465.

Selepas itu, KONTAN lantas mencoba membeli segelas kopi di gerai Amazon Cafe di salah satu stasiun BTS dengan menggunakan scan QRIS lewat BCA Mobile Banking. Setelah scan QR, muncul harga kopi yang harus dibayar 70 bath dan di bawahnya langsung tertera juga nilai kurs Rp 414 per bath. Setelah memasukkan pin sebagai tanda menyetujui pembayaran maka muncul notifikasi pembayaran sebesar Rp 28.980.

Tak jauh dari stasiun tersebut, KONTAN melangkah ke pusat perbelanjaan terdekat. Mampir ke sebuah kedai kopi Host X Amber dan membeli kopi seharga 120 bath. Saat scan QR BCA Mobile, jumlah yang harus dibayarkan tidak otomatis tertera tetapi harus diketik sendiri. Setelahnya muncul nilai kurs yang sama seperti saat membeli kopi di stasiun yakni Rp 414 per bath.

Dari gambaran itu, 2.000 bath tadi habis dipakai melakukan pembayaran menggunakan scan QRIS di merchant/pedagang maka dana yang terpotong dari rekening hanya Rp 828.000. Artinya tarik tunai di ATM lebih mahal Rp 101.954, belum ditambah biaya tarik tunai Rp 25.000.

Bayangkan jika anda ingin berbelanja sebesar 20.000 bath dan melakukan tarik tunai di ATM maka yang akan terpotong dari rekening Rp 9,3 juta ditambah fee transaksi Rp 25.000. Sementara jika besaran yang sama dihabiskan berbelanja dengan menggunakan QRIS maka yang akan terpotong dari rekening bank hanya Rp 8,28 juta. Jadi lebih hemat Rp 1,02 juta.

Selain BCA, saat ini baru ada 7 PJP lainnya dari Indoneisa yang bisa melayani transaksi QRIS di Thailand. Diantaranya BSI, Dana, Bank CIMB Niaga, Bank Sinarmas, Bank Mega, Bank Permata dan BPD Bali.

Belum Semua Merchant Bisa Terima Transaksi QRIS

Walau jauh lebih hemat, namun saat ini rupanya belum semua merchant di Thailand bisa menerima transaksi QRIS. Itu terjadi saat KONTAN mencoba melakukan scan QR saat melakukan pembayaran di salah satu perdagang di Siam Night Market. Scan berkali-kali dilakukan namun hasilnya gagal.

Hal yang sama juga ditemui saat melakukan pembayaran di gerai Starbuck Central Rama 9. Berkali-kali dicoba namun jawabanya selalu sama, "transasi mengalami gangguan, silahkan ulangi beberapa saat lagi".

Asisten Gubernur, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Filianingsih Hendarta mengungkapkan, transaksi QR Indonesia outbound atau transaksi dari pengunjung Indonesia di Thailand sepanjang bulan September 2022 sudah mencapai 2.141 kali dengan nilai mencapai Rp 764 juta.

Menurutnya, dari hasil pemantauan BI pada minggu-minggu terakhir Oktober saat berkunjung ke Thailand dalam rangka menghadiri BOT Digital Finance Conference, transaksi QQIS di berbagai merchant yang dilakukan mulai dari hawker atau pedagang kaki lima food stall, super market maupun mall, serta restoran sudah berhasil dilakukan.

"Contohnya, kami sudah mencoba melakukan transaksi QRIS di penjual makanan dan minuman di Platinum Mall, Siam Paragon, serta PKL di jalan Maha Chai Rd sudah dicoba dan semua berhasil menerima transaksi QRIS," kata Filianingsih.

Ia mengatakan, Bank Sentral Thailand saat ini sudah menambah acquirer yang bisa menerima pembayaran dari aplikasi Indonesia menjadi 5 acquirer, sehingga sudah mencakup 80%-90% merchant.

Sehingga jika ada transaksi QRIS yang gagal menurutnya itu karena ada penyelenggara jasa pembayaran Thailand yang belum menyesuaikan QR Codenya atau belum join dalam kerjasama cross-border.

Selain itu, lanjutnya, tidak seluruh penyelenggara QR di Thailand menggunakan QR Code karena tidak diwajibkan seperti Indonesia yang mewajibkan QRIS. "Hal ini juga sudah menjadi catatan pula oleh bank sentral Thailand (BoT)," katanya.

Sementara Traksaksi QR Indonesia inbound atau transaksi turis Thailand menggunakan Thai QR di Indonesia masih terbatas. Filianingsih mengungkapkan, sepanjang September 2022 jumlah transaksinya baru 115 kali dengan nilai Rp 9 juta.

Oleh karena itu, Bank of Thailand saat ini sedang menggiatkan edukasi bahwa aplikasi pembayaran mereka sudah bisa scan QRIS di Indonesia. Adapun untuk PJP acquirer Indonesia sudah bisa menerima pembayaran dari aplikasi Thailand yang cakupannya mencapai 98,2% merchant.

Ke depan, BI memperkirakan transaksi QR antara Indonesia-Thailand ini meningkat seiring dengan melonggarnya pembatasan mobilitas dan semakin teredukasinya masyarakat dimana QR dpt dilakukan untuk pembayaran yang mendukung transaksi lintas negara untuk UMKM, wisata, dan lain-lain.

Baca Juga: Transaksi QRIS di Thailand Tembus Rp 764 Juta dalam Sebulan Pertama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat