Pembayaran proyek tertunda, analis rekomendasikan hold saham Waskita Karya (WSKT)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) belum bisa menerima pembayaran proyek tol Batang-Semarang dan Semarang-Solo hingga kuartal II 2019 nanti. Padahal dua proyek ini seharusnya selesai pada kuartal IV 2018.

Analis Mirae Asset Sekuritas Giovanni Dustin dalam risetnya (16/10) mengatakan, WSKT baru saja memperoleh pembayaran tunai dari proyek LRT Palembang sebesar Rp 3 9 triliun dari total proyek senilai Rp 10,9 triliun.

Menurutnya, proyek yang berskema turnkey alias terima jadi ini mampu memberikan bantuan jangka pendek bagi perusahaan.


Sebelumnya pada 2017, WSKT telah menerima pembayaran senilai Rp1,9 triliun dalam tiga fase.

"Sementara sisa Rp 5,1 triliun akan dibayarkan dalam dua tahap pada 2019 hingga 2020," ujar Giovanni.

Giovanni melanjutkan, sejauh ini pada tahun 2018, WSKT baru menerima Rp 4,5 triliun dalam bentuk pembayaran turnkey atau sebesar 23% dari total target 2018 yang senilai Rp 20 triliun.

Ia bilang sisanya Rp 15,5 triliun akan diperoleh terutama dari proyek tol Batang-Semarang yang sudah berjalan 88% hingga September 2018, proyek tol Semarang-Solo, Salatiga-Kartasura yang sudah berjalan 81% dan proyek tol Kunciran-Serpong yang sudah berjalan 65%.

"Namun, untuk tol Batang-Semarang dan Semarang-Solo, kami melihat bahwa konstruksi akan selesai pada kuartal IV 2018 tetapi pembayaran tunai tidak akan diterima hingga kuartal II 2019," pungkasnya.

Maka Giovanni memperkirakan hal ini akan berisiko secara jangka panjang bagi WSKT. Ia bilang, eksposur yang tinggi ini akan membuat penerimaan kontrak tunai menjadi lebih lama yaitu sekitar 243 hari yang merupakan tertinggi di industri dan siklus konversi tunai akan menjadi 111 hari atau lebih lama dari rata-rata industri yang sebesar 102 hari.

Selain itu, juga berdampak terhadap hutang WSKT, di mana perusahaan memiliki rasio ekuitas sebesar 2,0 kali dan memiliki likuiditas terendah dengan rasio cepat sebesar 0,7 kali dan rasio kas sebesar 0,1 kali. Sementara itu, perusahaan masih memiliki akrual tertinggi yaitu sebesar 0,6 kali dari rata-rata industri 0,4 kali.

Lebih lanjut Giovanni bilang, transisi perusahaan untuk menjadi pemilik proyek adalah manuver berisiko tinggi. Dengan demikian, kami melihat kemungkinan pertumbuhan kontrak baru akan lebih lambat untuk WSKT ke depan.

"Memang, pertumbuhan kontrak barunya telah lamban sejauh ini di 2018 hanya mencapai Rp 11triliun. Maka, manajemen telah memutuskan untuk merevisi target kontraknya di tahun ini dari Rp 70 triliun menjadi Rp 50 triliun hingga Rp 55 triliun. Namun, kami perkirakan kontrak baru bagi WSKT hingga akhir 2018 tetap tidak berubah yaitu pada Rp 47 triliun," ungkapnya.

Di sisi lain, pada 2017, nilai kontrak atau order book WSKT sebesar Rp 138 triliun atau lebih besar dari WIKA yang sebesar Rp 107 triliun, PTPP Rp 89 triliun dan ADHI sebesar Rp 52 triliun.

Maka, Giovanni melihat besarnya order book tahun sebelumnya akan berfungsi sebagai penyangga terhadap potensi risiko pencapaian kontrak baru yang lebih lambat dan penurunan dalam pencapaian kontrak baru yang juga bisa menggagalkan lintasan pertumbuhan jangka panjangnya.

"WSKT juga perlu melakukan deleveraging melalui program daur ulang modal misalnya lewat divestasi jalan tol yang dapat berfungsi sebagai katalis utama re-rating," tambahnya.

Ia melanjutkan bahwa perolehan kontrak pada tahun lalu menjadi modal bagi WSKT ke depan. "Namun, jika WSKT gagal melaksanakan daur ulang modalnya, maka kami melihat kemungkinan pertumbuhan kontrak baru yang lebih lambat di masa mendatang," katanya.

Maka, Giovanni memprediksi pergerakan saham WSKT untuk 2019, akan dipengaruhi oleh beberapa sentimen. Yang pertama dari sisi positif, yaitu divestasi jalan tol yang sukses dan pembayaran kontrak turnkey yang lebih cepat dari perkiraan.

Sementara dari sisi negatif adalah pembayaran kontrak turnkey yang lambat, adanya kontrak turnkey tambahan, dan pertumbuhan kontrak baru yang lamban.

Giovanni merekomendasikan hold saham WSKT dengan target untuk jangka waktu satu tahun ke depan diturunkan dari level Rp 2.050 per saham ke level Rp 1.650 per saham.

Sekadar info pada penutupan pasar hari ini, harga saham WSKT turun 1,59% ke level Rp 1.550 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti