KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan melaporkan, pembayaran subsidi dan kompensasi energi tahun 2022 meningkat signifikan dari yang sudah dianggarkan sebesar Rp 502 triliun. Pembayaran subsidi dan kompensasi energi kepada PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) melonjak menjadi Rp 551,2 triliun atau meningkat 8,93% dari yang ditargetkan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, membengkaknya anggaran yang dibayarkan tersebut karena terjadi peningkatan pada subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kompensasi terutama dipengaruhi oleh lebih tingginya volume BBM bersubsidi dan nilai tukar rupiah. Realisasi ini juga masih bersifat sementara. Sebagai gambaran, asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dalam APBN 2022 sebesar US$ 63 per barel. Kemudian karena harga minyak mentah global melonjak hinggan US$ 126 per barel, pemerintah merevisi asumsi ICP dalam Perpres 98/2022 menjadi US$ 100 per barel. Kemudian turun kembali ke level US$ 80 per barel.
Pembayaran Subsidi dan Kompensasi Energi Tahun 2022 Melonjak hingga Rp 551,2 Triliun
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan melaporkan, pembayaran subsidi dan kompensasi energi tahun 2022 meningkat signifikan dari yang sudah dianggarkan sebesar Rp 502 triliun. Pembayaran subsidi dan kompensasi energi kepada PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) melonjak menjadi Rp 551,2 triliun atau meningkat 8,93% dari yang ditargetkan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, membengkaknya anggaran yang dibayarkan tersebut karena terjadi peningkatan pada subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kompensasi terutama dipengaruhi oleh lebih tingginya volume BBM bersubsidi dan nilai tukar rupiah. Realisasi ini juga masih bersifat sementara. Sebagai gambaran, asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dalam APBN 2022 sebesar US$ 63 per barel. Kemudian karena harga minyak mentah global melonjak hinggan US$ 126 per barel, pemerintah merevisi asumsi ICP dalam Perpres 98/2022 menjadi US$ 100 per barel. Kemudian turun kembali ke level US$ 80 per barel.