Pembeli karet mentah nakal bakal masuk daftar hitam



JAKARTA. Pemerintah akan merilis daftar hitam alias black list pelanggar kontrak karet. Daftar hitam itu akan berisi daftar pengusaha dan pembeli karet yang membatalkan kontrak perdagangan karet di saat harga bergejolak.

Menurut Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), black list itu merupakan hasil kesepakatan resmi International Tripartite Rubber Council (ITRC) dan akan segera berlaku. ITRC berisikan tiga produsen utama karet yakni Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Kebijakan itu merupakan salah satu langkah untuk mengantisipasi kejatuhan kembali harga karet karena permainan kotor para pembeli karet.

ITRC menduga, harga karet yang melemah belakangan ini juga akibat maraknya pembatalan kontrak oleh pembeli dari China. Tentu saja, pembatalan itu semakin merusak harga karena China merupakan importir karet terbesar di dunia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor karet dan produk karet ke China sepanjang Januari-September 2011 US$ 1,59 juta, atau 14,14% dari total ekspor komoditas itu.


Sumber Kontan di industri karet yang enggan disebutkan namanya bilang, daftar hitam itu nanti merupakan produk resmi pemerintah. Namun, dalam penyusunannya, pemerintah akan meminta masukan dari pelaku usaha. "Hasilnya akan dikembalikan ke pengusaha dan ekspotir agar jadi bahan dalam evaluasi perdagangan karet," kata sumber itu, Minggu (27/11).

Sumber itu menambahkan, sebagian besar isi black list adalah pembeli karet mentah dari China. Soalnya, importir China sudah terkenal mudah menunda atau membatalkan kontrak dengan berbagai alasan saat harga karet jatuh. "Sering kali alasannya stok masih ada," kata sumber itu.

Nyatanya, pembeli itu malah membeli bahan baku dari pasar spot demi mendapatkan harga lebih murah. Contohnya, harga kontrak karet pengiriman November 2011 di bursa Tokyo Commodity Exchange pada 1 September 2011 US$ 4,7 per kg. Namun, 25 November 2011, di pasar spot Lampung, harga karet jatuh menjadi Rp 28.411 per kg atau US$ 3,13 per kg.

"Meskipun sudah kontrak, pengusaha dari China biasanya tidak menebusnya agar tidak kehilangan uang," ujar sumber itu. Berbeda dengan pembeli dari Eropa dan Amerika Serikat yang selalu menepati perjanjian kontrak walaupun harganya sedang jatuh.

Black list internal

Suharto Honggokusumo, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo), mendukung kebijakan ITRC itu. Soalnya, black list itu bisa menjadi acuan bagi seluruh pengusaha dan eksportir karet mentah agar tidak menjual komoditasnya ke importir yang masuk daftar itu.

Namun, Suharto mengingatkan, asosiasi sudah mempunyai black list pembeli karet yang nakal. Daftar hitam itu sudah tersusun oleh pengusaha dan petani karet Indonesia yang tergabung dalam ASEAN Rubber Business Council (ARBC). "Daftarnya sudah ada dan banyak karena sudah tersusun sejak empat tahun lalu," kata Suharto.

Hanya saja, daftar tersebut hanya beredar terbatas di kalangan anggota asosiasi. Daftar itu pun tidak pernah dipublikasikan ke kalangan umum. Alasannya agar tidak melanggar kode etik perdagangan. "Jika diumumkan, perusahaan yang bandel itu bisa saja menuntut balik dengan pencemaran nama baik. Kalau ini terjadi, kami malah rugi," tandas Suharto.

Yang pasti, perusahaan atau importir karet masuk ke daftar hitam tersebut bakal kesulitan mendapatkan bahan baku lagi. Soalnya, ekspotir tidak akan melepas produknya ke importir itu. "Daftar hitam itu bukan hanya berisi pembeli, tapi ada juga dari perusahaan pemasok yang melalaikan kontrak demi mendapatkan keuntungan lebih besar," terang Suharto.

Repotnya, saat harga karet dunia cenderung melemah seperti sekarang, banderol harga karet di pasar domestik pun ikut loyo. Harga getah karet di tingkat petani di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, pada akhir November ini hanya Rp 5.000 per kg, lebih rendah dari sepekan sebelumnya Rp 6.000 per kg. Di Kabupaten Landak, Lampung, harga karet juga turun dari Rp 10.000 per kg menjadi Rp 8.000 per kg.

Selain karena terpengaruh perdagangan dunia, harga melemah karena kualitas karet rendah. Curah hujan yang tinggi menyebabkan kadar air di getah karet meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini