KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Harga rumah di pasar secondary tahun ini mengalami koreksi. Ini bisa dilihat dari cerita Vera Carolin (27) yang membeli rumah di sebuah perumahan di kawasan Cisauk, Kabupaten Tangerang pada Agustus 2018. Dia beli rumah kondisi seken atau rumah bekas berukuran 70/120 dengan harga Rp 400 juta. Vera merasa beruntung bisa mendapatkan harga tersebut sebab dari pengamatan yang dia lakukan harga pasaran untuk tipe sejenis di sekitar lokasi rumahnya sudah Rp 600 jutaan. Menurutnya, penjual terpaksa melepas harga di bawah pasar lantaran butuh uang cepat untuk modal bisnis. Tetangga di rumah barunya bahkan terkejut saat tahu Vera bisa dapat harga sangat miring dan mengaku sudah dari dulu membeli rumah tersebut jika tahu harganya semurah itu. Sejumlah broker dan konsultan properti mengakui bahwa harga rumah di pasar secondary memang tengah terkoreksi tahun ini. Lukas Bong, Ketua Umum Asosiasi Broker Indonesia (Arebi) mengatakan, harga rumah seken di DKI Jakarta sudah terkoreksi sekitar 5%-20% sejak awal tahun 2018. "Harga turun karena pasokan masih melimpah sementara permintaan sepi." kata Lukas pada KONTAN, Jumat (30/11). Lukas bilang, harga rata-rata rumah second di Kawasan Cibubur (Jakarta Timur) dipatok Rp 1 miliar, Kawasan Kelapa Gading (Jakarta Utara ) dipatok dari harga Rp 2 Miliar dengan luas 90 Meter, rumah seken bertipe rumah sederhana plus dipatok mulai harga Rp 450 juta di kawasan Pamulang (Tangerang Selatang). Sedangkan untuk hunian vertikal di wilayah Cinere dan Depok mulai Rp 500 juta, dan di wilayah Bekasi dibanderol mulai Rp 500 juta. Sementara CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menjelaskan, saat ini pasar rumah secondary lesu disebabkan oleh jumlah pasokan yang masuk sejak tahun 2009-2012 sangat besar. Kala itu, harga properti 50%. Sekarang saat pasar lesu, harga pun tertekan. “Bayangkan saja, properti waktu itu dibeli dengan harga yang Rp 10 miliar, Rp 5 miliar di kawasan Pondok Indah. Tapi saat ini tertahan karena harganya yang terlalu tinggi,” ungkap Ali. Menurut Hartono Sarwono, Direktur Utama Mandiri Inti Realty (MIR) mengatakan,harga properti di pasar secondary di segmen menengah atas mengalami penurunan karena banyak investor sama-sama melepas barangnya ke pasar padahal kondisi ekonomi sedang lesu. Hartono melihat rumah atau apartemen seken yang dijual di pasar sekarang turun dari harga pada tahun-tahun sebelumnya sekitar 10%. Bahkan, ada juga yang dilepas ke pasar di bawah harga beli pertama. Hal itu lantaran properti tersebut dibeli kala pasar lagi tinggi dan sekarang mereka sedang butuh uang. Hanya saja, Hartono melihat tidak semua produk di pasar sekunder turun harga. Produk yang berlokasi di wilayah dengan pasokan tipis seperti di wilayah Kelapa Gading masih mengalami kenaikan, terutama properti yang sudah dibeli sejak lama saat harga masih sangat murah. Adapun wilayah yang potensi penurunan harga paling banyak adalah wilayah Bekasi dan Serpong. Sebab menurut Hartono, jumlah investor beberapa terakhir di dua lokasi ini sangat banyak. Hanya saja, dia merekomendasikan, untuk membeli properti sebaiknya di cari harga yang paling menarik di kawasan yang sudah berkembang dan dilengkapi dengan fasilitas publik yang bagus. Dengan kondisi koreksi harga tersebut, Hartono mengatakan tahun merupakan waktu yang tepat untuk membeli rumah bagi pada end user atau buat investor yang tujuannya jangka panjang. "Sekarang adalah waktu tepat masuk properti secondary karena harga cenderung turun di beberapa lokasi untuk segmen menengah atas. Tetapi perlahan sudah mulai naik. Nanti kalau stok di pasar sudah semakin berkurang, harga akan terus bergerak naik," kata Hartono. Senada, Andy K Natanael, Founder PROJEK dan PROVIZ mengatakan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan pembelian properti karena harga di pasar secondary mengalami penurunan. Berdasarkan pengalaman Andy dan temen-temannya sesasam agen properti, harga rumah secondary sekarang banyak mengalami penurunan bahkan lebih rendah dari pembelian awal. Artinya, para investor menjual rugi produk propertinya. Andy melihat, harga properti tahun ini merupakan kondisi paling murah atau bottom. Sehingga jika masuk sekarang maka potensi keuntungan yang bisa diperoleh ke depan akan sangat tinggi sekali. Menurutnya penurunan harga di pasar sekunder tersebut terjadi akibat investor ramai-ramai melepas barangnya ke pasar. Mereka butuh uang cepat di tengah kondisi ekonomi yang lagi lesu. Associate Director Raywhite Indonesia, Erwin Karya mengatakan, pihaknya banyak melakukan penjualan rumah second tahun ini. "Penjualan paling banyak dari hunian second itu membuat pendapatan kami tumbuh 20% dibandingkan tahun lalu." kata Erwin. Menurut Erwin, rumah-rumah yang banyak dicari konsumen ada direntang harga Rp 900 juta -Rp 2 miliar atau dengan luas tanah sekitar 90 meter- 120 meter. Lokasi yang paling diminati adalah wilayah Tangerang dan Bekasi. Ferry Salanto,Senior Associate Director Colliers International melihat harga hunian secondary baru akan kembali normal atau bahkan naik jika sudah terjadi keseimbangan baru. "Jika supplai bisa dijaga dan permintaan meningkat maka harga akan membaik,” ujarnya.
Pembeli mulai memburu rumah seken karena harga sedang jatuh
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Harga rumah di pasar secondary tahun ini mengalami koreksi. Ini bisa dilihat dari cerita Vera Carolin (27) yang membeli rumah di sebuah perumahan di kawasan Cisauk, Kabupaten Tangerang pada Agustus 2018. Dia beli rumah kondisi seken atau rumah bekas berukuran 70/120 dengan harga Rp 400 juta. Vera merasa beruntung bisa mendapatkan harga tersebut sebab dari pengamatan yang dia lakukan harga pasaran untuk tipe sejenis di sekitar lokasi rumahnya sudah Rp 600 jutaan. Menurutnya, penjual terpaksa melepas harga di bawah pasar lantaran butuh uang cepat untuk modal bisnis. Tetangga di rumah barunya bahkan terkejut saat tahu Vera bisa dapat harga sangat miring dan mengaku sudah dari dulu membeli rumah tersebut jika tahu harganya semurah itu. Sejumlah broker dan konsultan properti mengakui bahwa harga rumah di pasar secondary memang tengah terkoreksi tahun ini. Lukas Bong, Ketua Umum Asosiasi Broker Indonesia (Arebi) mengatakan, harga rumah seken di DKI Jakarta sudah terkoreksi sekitar 5%-20% sejak awal tahun 2018. "Harga turun karena pasokan masih melimpah sementara permintaan sepi." kata Lukas pada KONTAN, Jumat (30/11). Lukas bilang, harga rata-rata rumah second di Kawasan Cibubur (Jakarta Timur) dipatok Rp 1 miliar, Kawasan Kelapa Gading (Jakarta Utara ) dipatok dari harga Rp 2 Miliar dengan luas 90 Meter, rumah seken bertipe rumah sederhana plus dipatok mulai harga Rp 450 juta di kawasan Pamulang (Tangerang Selatang). Sedangkan untuk hunian vertikal di wilayah Cinere dan Depok mulai Rp 500 juta, dan di wilayah Bekasi dibanderol mulai Rp 500 juta. Sementara CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menjelaskan, saat ini pasar rumah secondary lesu disebabkan oleh jumlah pasokan yang masuk sejak tahun 2009-2012 sangat besar. Kala itu, harga properti 50%. Sekarang saat pasar lesu, harga pun tertekan. “Bayangkan saja, properti waktu itu dibeli dengan harga yang Rp 10 miliar, Rp 5 miliar di kawasan Pondok Indah. Tapi saat ini tertahan karena harganya yang terlalu tinggi,” ungkap Ali. Menurut Hartono Sarwono, Direktur Utama Mandiri Inti Realty (MIR) mengatakan,harga properti di pasar secondary di segmen menengah atas mengalami penurunan karena banyak investor sama-sama melepas barangnya ke pasar padahal kondisi ekonomi sedang lesu. Hartono melihat rumah atau apartemen seken yang dijual di pasar sekarang turun dari harga pada tahun-tahun sebelumnya sekitar 10%. Bahkan, ada juga yang dilepas ke pasar di bawah harga beli pertama. Hal itu lantaran properti tersebut dibeli kala pasar lagi tinggi dan sekarang mereka sedang butuh uang. Hanya saja, Hartono melihat tidak semua produk di pasar sekunder turun harga. Produk yang berlokasi di wilayah dengan pasokan tipis seperti di wilayah Kelapa Gading masih mengalami kenaikan, terutama properti yang sudah dibeli sejak lama saat harga masih sangat murah. Adapun wilayah yang potensi penurunan harga paling banyak adalah wilayah Bekasi dan Serpong. Sebab menurut Hartono, jumlah investor beberapa terakhir di dua lokasi ini sangat banyak. Hanya saja, dia merekomendasikan, untuk membeli properti sebaiknya di cari harga yang paling menarik di kawasan yang sudah berkembang dan dilengkapi dengan fasilitas publik yang bagus. Dengan kondisi koreksi harga tersebut, Hartono mengatakan tahun merupakan waktu yang tepat untuk membeli rumah bagi pada end user atau buat investor yang tujuannya jangka panjang. "Sekarang adalah waktu tepat masuk properti secondary karena harga cenderung turun di beberapa lokasi untuk segmen menengah atas. Tetapi perlahan sudah mulai naik. Nanti kalau stok di pasar sudah semakin berkurang, harga akan terus bergerak naik," kata Hartono. Senada, Andy K Natanael, Founder PROJEK dan PROVIZ mengatakan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan pembelian properti karena harga di pasar secondary mengalami penurunan. Berdasarkan pengalaman Andy dan temen-temannya sesasam agen properti, harga rumah secondary sekarang banyak mengalami penurunan bahkan lebih rendah dari pembelian awal. Artinya, para investor menjual rugi produk propertinya. Andy melihat, harga properti tahun ini merupakan kondisi paling murah atau bottom. Sehingga jika masuk sekarang maka potensi keuntungan yang bisa diperoleh ke depan akan sangat tinggi sekali. Menurutnya penurunan harga di pasar sekunder tersebut terjadi akibat investor ramai-ramai melepas barangnya ke pasar. Mereka butuh uang cepat di tengah kondisi ekonomi yang lagi lesu. Associate Director Raywhite Indonesia, Erwin Karya mengatakan, pihaknya banyak melakukan penjualan rumah second tahun ini. "Penjualan paling banyak dari hunian second itu membuat pendapatan kami tumbuh 20% dibandingkan tahun lalu." kata Erwin. Menurut Erwin, rumah-rumah yang banyak dicari konsumen ada direntang harga Rp 900 juta -Rp 2 miliar atau dengan luas tanah sekitar 90 meter- 120 meter. Lokasi yang paling diminati adalah wilayah Tangerang dan Bekasi. Ferry Salanto,Senior Associate Director Colliers International melihat harga hunian secondary baru akan kembali normal atau bahkan naik jika sudah terjadi keseimbangan baru. "Jika supplai bisa dijaga dan permintaan meningkat maka harga akan membaik,” ujarnya.