Pembeli properti Singapura asal Indonesia menurun



JAKARTA. Jumlah orang kaya Indonesia yang membeli properti di Singapura terus merosot dari tahun ke tahun. Tak tanggung-tanggung, penurunan mencapai 33 persen pada tahun 2015 menjadi 330 orang dari sebelumnya 420 orang. 

Demikian Laporan Kekayaan atau Wealth Report 2016 yang dilansir Knight Frank Indonesia, Senin (21/3/2016). 

Fenomena penurunan tersebut sejatinya sudah terjadi sejak 2012. Saat itu, jumlah orang kaya Indonesia yang "memborong" properti, terutama apartemen, di negeri Singa sebanyak 1.530 orang. 


Lebih sedikit dibanding tahun 2011 yang mencapai 1.794 orang. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pembeli terbanyak ketiga di bawah Malayssia, dan China. 

Jumlahnya semakin anjlok drastis pada 2013 menjadi hanya 937 orang. Kemudian pada 2014 menjadi 420 orang. 

Menurut Country Head Knight Frank Indonesia, penurunan tersebut dipicu oleh kondisi pasar properti global dan dalam negeri Singapura yang kurang menarik dan sedang melambat. 

Langkah-langkah pendinginan atau cooling measurement untuk mencegah gelembung properti menjadi pemicu melambatnya pasar properti Singapura.

"Hal itu membuat pembeli asal Indonesia berpikir ulang untuk membelanjakan uangnya di pasar properti Singapura," ujar Wilson. 

Lebih jauh Wilson mengatakan, kondisi Singapura dan Indonesia memang sedang sama-sama melambat. Tak ada yang lebih buruk atau lebih menarik. 

Namun begitu, potensi dan peluang untuk tumbuh tetap ada. Kuncinya ada pada belanja negara yang mempercepatan peembangunan infrastruktur. 

"Itu akan menstimulasi pertumbuhan properti menjadi lebih bergairah," kata dia.

Ada pun wilayah Singapura yang dibidik pembeli asal Indonesia adalah wilayah timur. Mereka meminati wilayah ini karena lokasi favorit seperti distrik 9, 10, dan 11 sudah sangat tinggi harganya.

Wilayah timur mulai dibidik karena didukung infrastruktur transportasi yang nyaman (Thomson-East Coast MRT Line). (Penulis: Hilda B Alexander)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan