Pembelian barang konsumer mendorong multifinance



JAKARTA. Hinnga Juni lalum pembiayaan industri multifinance hingga Juni lalu mulai merangkak naik. Pendorong pertumbuhan adalah pembiayaan konsumen dan anjak piutang yang melejit.

Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Bank Indonesia (BI) mencatat, total penyaluran pembiayaan selama enam bulan pertama tahun ini sebesar Rp 320,82 triliun. Angka ini tumbuh 12,09% dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.

Berdasarkan data tersebut, pembiayaan anjak piutang atau factoring tumbuh hingga 38% menjadi Rp 5,41 triliun. Sedangkan pembiayaan konsumer naik 17% menjadi Rp 209,86 triliun. Pertumbuhan paling pelan terjadi di sewa guna usaha atau leasing, yang naik 3,96% menjadi Rp 105,56 triliun. Meski pertumbuhan secara tahunan lumayan, pertumbuhan masing-masing sektor dari bulan ke bulan hanya tumbuh kurang dari 2%.


Lambatnya pertumbuhan karena berbagai faktor, mulai dari pelambatan ekonomi, kenaikan bunga dan kenaikan harga bahan bakar minyak. Semua ini menekan daya beli masyarakat dan selera membeli barang konsumer.

Sebelumnya, Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengatakan pelambatan pembiayaan terjadi di bank, sehingga industri keuangan non-bank (IKNB) harus bersiap mengantisipasi. Perusahaan juga harus memperkuat pengelolaan risiko dan tatakelola perusahaan. "Jangan sampai, IKNB justru menjadi sumber krisis," ujar Muliaman.

Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), memprediksi hingga akhir tahun pembiayaan sepeda motor hanya tumbuh 5%-10%, dan mobil tumbuh 10%. "Agustus diprediksi pembiayaan turun," ujar dia, akhir pekan lalu.Penurunan tekarena tiga faktor, yaitu masa liburan pasca Idul Fitri, jalur distribusi kendaraan yang sementara terhenti, dan perusahaan otomotif tak agresif menambah jumlah produksi.

Sedangkan pelambatan alat berat merefleksikan perekonomian China dan India, dua konsumen besar komoditas Indonesia. "Tahun ini pembiayaan alat berat turun bisa turun 15%," ramal Suwadi.

Penurunan ini juga terjadi di Chandra Sakti Utama Finance. Suwandi, yang juga pimpinan di perusahaan ini mengatakan, pembiayaan alat berat turun 9% di semester I lalu menjadi Rp 920 miliar. Laba masih naik 25% karena ditopang efisiensi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia