Pembiayaan alat berat di tahun 2022 diproyeksi tak lagi berat lagi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lini bisnis industri multifinance di pembiayaan alat berat tampaknya tak akan mengalami jalan terjal dan diproyeksikan malah tumbuh di tahun 2022. Alasannya, harga-harga komoditas yang naik membuat beberapa perusahaan meningkatkan kebutuhan alat beratnya.

Memang, data OJK per September 2021 untuk piutang pembiayaan alat berat masih menunjukkan kontraksi 9,17% yoy dengan nilai Rp 27,61 triliun. Namun, capaian nilai tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang tahun 2021 ini.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Suwandi Wiratno bilang, tahun depan pembiayaan alat berat bisa tumbuh hingga 20% dari hasil akhir tahun nanti. Dia melihat, saat ini perusahaan-perusahaan komoditas butuh alat berat untuk meningkatkan produksinya.


“Ada kebutuhan alat berat di perusahaan komoditas karena dengan harga yang tinggi, mereka buru-buru meningkatkan produksi,” ujar Suwandi kepada Kontan.co.id, Selasa (30/11).

Direktur Mandiri Tunas Finance William Francis pun sependapat, bahwa pembiayaan alat berat akan tumbuh setidaknya 20% di tahun depan. Dia bilang, proyeksi tersebut sejalan dengan informasi dari Perkumpulan Industri Alat Berat Indonesia (HINABI) yang bilang pertumbuhan kebutuhan akan alat berat mengalami pertumbuhan yang cukup besar setelah pandemi Covid-19 mereda.

Baca Juga: Jatuh tempo Desember 2021, ini kesiapan beberapa multifinance bayar obligasi

Baca Juga: Jelang akhir tahun, industri Multifinance makin gencar kejar target

Saat ini, pembiayaan alat berat di MTF masih memilik porsi kurang lebih sebesar 5% dari total portfolio yang dikelola oleh MTF dan di tahun 2021 ini sudah disalurkan kurang lebih sebesar Rp 1 triliun.

“Meningkat hampir dua kali lipat apabila dibandingkan dengan tahun 2020 dan sudah sesuai dengan target pembiayaan alat berat tahun ini,” ujar William.

Di 2022, William menyebut, MTF akan menjaga porsi pembiayaan yang berasal bisnis corporate fleet sebesar 15%-20% dari total pembiayaan. Sedangkan alat berat sendiri kurang lebih 30-40% dari pembiayaan corporate fleet tersebut.

Sedikit berbeda, CEO Indomobil Finance Indonesia Gunawan Effendi menyebut, pihaknya masih belum akan agresif dalam memberikan pembiayaan alat berat di tahun depan. Karena itu, Indomobil Finance hanya berfokus pada eksisting debitur saja.

Namun, Gunawan sependapat jika memang ada potensi pertumbuhan di lini bisnis pembiayaan alat berat pada tahun depan.

“Walaupun ada potensi peningkatan permintaan, kami tetap berhati-hati menyeleksi debitur baru mengingat situasi ekonomi yang belum jelas. Mengikuti penjualan dari dealer, mungkin naik sekitar 15-20%,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari