Pembiayaan alat berat lesu, laba SAN Finance minus



JAKARTA. Surya Artha Nusantara Finance alias SAN Finance sepertinya harus legowo melewati tahun lalu dengan tinta merah pada rapor keuangannya. Harap maklum, industri pembiayaan alat berat memang seolah tak berdaya karena terpengaruh kondisi ekonomi global dan menurunnya harga komoditas, terutama batubara.

Berdasarkan Keterbukaan Informasi, perusahaan patungan PT Astra International Tbk melalui anak usahanya, yakni PT Sedaya Multi Investama dengan Marubeni Corporation Group ini menyalurkan pembiayaan senilai Rp 2,8 triliun untuk 2.004 unit alat berat di sepanjang tahun lalu. Pencapaian itu hanya 85% dari target yang dipatok perseroan sebesar Rp 3,3 triliun.

"Penurunan nilai pembiayaan tersebut berpengaruh pada penurunan jumlah piutang pembiayaan bersih perseroan yang terdiri dari piutang sewa pembiayaan, piutang pembiayaan konsumen dan tagihan anjak piutang sebesar 15% dibandingkan tahun 2013 silam," ujar Bugie Laksmana seperti dikutip dalam keterangan resminya, kemarin.


Walhasil, jumlah pendapatan perseroan ikut terkoreksi turun 11,8%, yakni dari Rp 867,86 miliar pada akhir tahun 2013 menjadi hanya Rp 764,85 miliar hingga akhir tahun lalu. Sehingga, laba bersih yang dikantongi perseroan 7% di bawah target. Yaitu, hanya Rp 212,30 miliar atau turun 12,4% ketimbang tahun lalu.

Dari sisi aset, SAN Finance boleh unjuk gigi. Pasalnya, perseroan yang beroperasi melalui 12 jaringan pemasaran di 5 wilayah di Indonesia ini berhasil membukukan aset hingga Rp 7 triliun sampai akhir tahun lalu. Itu berarti, 29% di atas target yang dipatok pada awal tahun, yakni Rp 5,3 triliun.

Namun demikian, manajemen masih harus terus bekerja keras di tahun kambing kayu ini. Sebab, Bugie menilai, tantangan pembiayaan alat berat tahun ini masih akan berlanjut. Hal ini sejalan belum kondusifnya permintaan produk-produk komoditas primer, khususnya pertambangan, perkebunan, dan kehutanan.

Peluang peningkatan justru berasal dari sektor infrastruktur, sejalan dengan tekad pemerintah membenahi infrastruktur dasar Indonesia, seperti sarana jalan, pelabuhan. "Melihat situasi itu, perseroan akan fokus pada pembiayaan barang modal, terutama alat berat, dan diversifikasi melalui pembiayaan investasi, modal kerja, multiguna maupun joint financing," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto