Pembiayaan bankan syariah tumbuh 43,41%



JAKARTA. Penyaluran pembiayaan perbankan syariah sepanjang tahun 2012 mencapai Rp 149 triliun atau tumbuh 43,41% dibandingkan pencapaian tahun 2011. Produk murabahah alias jual beli mendominasi, dengan kontribusi hingga 60%. Sedangkan pembiayaan dengan akad musyarakah dan mudarabah, masing-masing menyumbang 18,8%.

Pertumbuhan pembiayaan tak terlepas dari suburnya dana pihak ketiga (DPK), meski laju kenaikannya tidak sekencang pembiayaan. Per 31 Desember 2012, DPK bank syariah menembus Rp 150 triliun atau naik 28,03% ketimbang tahun sebelumnya.

Dana mahal atau deposito masih menjadi penyumbang terbesar yakni 57,4%. Tabungan sebanyak 30,5% dan sisanya giro. "Kinerja ini telah mengerek pangsa pasar perbankan syariah, dari 4,08% pada 2011 lalu menjadi 4,69% pada akhir 2012. Dengan total aset Rp 199,7 triliun," kata Edy Setiadi, Direktur Eksekutif Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI), Selasa (29/1).


Edy memprediksi, pangsa pasar perbankan syariah bisa tembus 5% dengan nilai aset Rp 255 triliun hingga akhir tahun ini. Itu berarti, aset perbankan syariah melesat 36% atau lebih tinggi ketimbang realisasi tahun lalu yang tumbuh sekitar 34,05%.

Bambang Kiswono, Kepala Grup Perbankan Syariah BI, menjelaskan salah satu faktor pendorong pertumbuhan tahun ini adalah kebijakan Kementerian Agama yang akan menempatkan seluruh dana haji di perbankan syariah secara bertahap. Ini berpotensi menggemukkan aset dan DPK.

Hingga saat ini, dana haji tersebar paling banyak di sukuk, yaitu sekitar 75%. Sisanya 25% ada di 17 bank konvensional, enam bank umum syariah (BUS) dan empat unit usaha syariah (UUS). "Di antara bank konvensional dan bank syariah, sebanyak 51,6% atau Rp 4,1 triliun ada di perbankan syariah," imbuh Bambang.

Faktor lain adalah penerapan ketentuan aturan berjenjang (multiple license). Ini bakal berdampak pada peningkatan modal bank-bank nasional, termasuk bank syariah.

Itu sebabnya, Bank Syariah Mandiri (BSM) belum lama ini mendapatkan suntikan modal dari pemegang saham sebanyak Rp 300 miliar. Langkah ini akan diikuti pemegang saham bank syariah lain. Dengan peningkatan modal, bank syariah bakal lebih leluasa dalam berekspansi.

Sebagai perbandingan, penyaluran pembiayaan BNI Syariah hingga akhir tahun lalu mencapai Rp 7,69 triliun atau tumbuh 44,87%. Dari sisi pertumbuhan pembiayaan, BNI Syariah masih tercatat lebih tinggi ketimbang industri. Namun, dari sisi aset dan DPK, BNI hanya mengantongi pertumbuhan masing-masing 25,7% dan 27%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: