Pembiayaan baru BFI Finance mencapai Rp 2,93 triliun di kuartal I 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) membukukan pertumbuhan pembiayaan di kuartal I 2021. Penyaluran pembiayaan baru (booking) BFI tercatat meningkat 35,3% sebesar Rp 2,93 triliun dibandingkan booking pada kuartal IV 2020.

Peningkatan nilai ini turut mengerek kenaikan laba bersih sebesar 26,8% menjadi Rp 230 miliar dibandingkan triwulan akhir 2020.

Meskipun BFI Finance sudah membuka semua lini produk pembiayaannya, multifinance ini tetap menerapkan prinsip kehati-hatian mengingat perekonomian belum sepenuhnya stabil.


“Peningkatan penyaluran pembiayaan ini menandakan ekonomi masyarakat mulai bergerak. Titik jenuh masyarakat untuk melawan dan bangkit dengan pola hidup yang baru semakin besar. Namun demikian, perhitungan terhadap semua risiko tetap kami lakukan secara cermat untuk menjaga kinerja perusahaan yang sehat,” tutur Sudjono, Direktur Keuangan BFI Finance dalam keterangan tertulis, Jumat (23/4).

Baca Juga: BFI Finance (BFIN) bukukan laba bersih Rp 701,59 miliar di 2020

Rasio Non-Performing Financing (NPF) BFI Finance naik 55 basis point menjadi 2,3% di kuartal I 2021 dari 1,7% di kuartal IV 2020, yang terjadi sebagai dampak dari program restrukturisasi di mana terdapat konsumen yang tidak dapat memenuhi komitmen pembayaran angsurannya.

Sementara, porsi piutang restrukturisasi per 31 Maret 2021 sendiri telah mencapai Rp 3,6 triliun atau 26,5% dari total piutang yang dikelola. Jumlah tersebut menurun dari nilai tertinggi sebesar Rp 5,3 triliun di kuartal III/2020.

“Penurunan saldo piutang yang direstrukturisasi sebesar 32,2% tersebut menunjukkan upaya maksimal yang telah dilakukan BFI untuk menangani kontrak restrukturisasi sekaligus memitigasi risiko yang timbul,” kata Sudjono.

BFI Finance juga telah mengantisipasi kenaikan NPF tersebut dengan meningkatkan jumlah cadangan kerugian piutang dari 7,1% di akhir 2020, menjadi 7,5% di kuartal I/2021.

“Tingkat cadangan mencapai 3,3x besarnya piutang yang bermasalah (NPF). Dua kali rata-rata industri, yang berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan, tercatat sebesar 1,6x,” tambah Sudjono.

Sementara itu, pendapatan bersih BFI Finance turun 1,1% QoQ menjadi Rp 780 miliar. Penurunan ini dikarenakan adanya penurunan rata-rata saldo piutang dan penurunan selisih bunga bersih.

Porsi pembiayaan paling besar BFI adalah pembiayaan mobil bekas sebesar 72,1% disusul oleh alat berat dan mesin sebesar 13,9%. Untuk pembiayaan motor bekas, BFI Finance mencatat porsi 9,1%, disusul pembiayaan mobil baru sebesar 1,9%. Sedangkan property-backed financing (pembiayaan agunan properti) dan lainnya menyumbangkan 3% dari total piutang pembiayaan dikelola senilai Rp 13,6 triliun.

Selain pembiayaan mobil bekas, alat berat juga menjadi penyumbang portofolio penyaluran kredit cukup besar. Lebih lanjut, Sudjono mengungkapkan bahwa BFI Finance menargetkan pembiayaan alat berat sebesar 20% dengan melihat bahwa sektor konstruksi, pertambangan, agrikultur, dan kehutanan mulai menunjukkan geliat positif meski konservatif.

“Di kuartal II dan seterusnya nanti, kinerja baik ini akan terus kami pertahankan dan tingkatkan, dengan tetap mengawasi kelolaan risiko manajemen yang ketat karena bisnis pasca-pandemi akan memiliki tantangan yang berbeda,” imbuh Sudjono.

Selanjutnya: Dorong transformasi digital, BFI Finance luncurkan BFI Connect

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat