Pembiayaan berkelanjutan di RI ditargetkan tedepan



Jakarta. Otoritas Jasa Keuangan / OJK menargetkan menjadi terdepan dalam implementasi pembiayaan keuangan berkelanjutan di ASEAN. Konsep pembiayaan berkelanjutan adalah yang memperhatikan kelangsungan dan kelestarian lingkungan alam.

Ada beberapa indikator terkait hal ini, salah satunya adalah karena Indonesia saat ini sudah mempunyai roadmap terintegrasi antara tiga industri yaitu perbankan, non bank dan pasar modal.

Mulya Siregar, Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan OJK mengatakan diantara negara ASEAN, hanya Indonesia yang mempunyai roadmap terkait pembiayaan berkelanjutan yang terintegrasi antara tiga industri yaitu bank, non bank dan industri pasar modal. “Kami yakin menjadi terdepan di bidang sustainable finance di ASEAN,” ujar Mulya, Selasa, (15/11).


Untuk mensukseskan program pembiayaan berkelanjutan ini , OJK sudah melakukan training kepada 500 orang analis kredit dalam dua tahun terakhir. Tercatat total menurut Mulya ada sebanyak 19 kredit officer yang sudah diberi pelatihan mengenai hal ini.

Terkait dengan program pembiayaan berkelanjutan ini, menurut Mulya, sudah ada 8 bank besar yang sudah ikut aktif dalam hal ini. Delapan bank bank besar tersebut adalah Mandiri, BRI, BNI, BCA, Bank Artha Graha, Bank Jabar Banten, Muamalat, dan BRI Syariah.

Selain itu, saat ini sudah ada beberapa bank yang menyertakan laporan mengenai pembiayaan berkelanjutan dalam laporan tahunannya. Beberapa bank tersebut adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, CIMB Niaga, Bank Danamon, dan Standard Chartered.

Dengan adanya pembiayaan berkelanjutan ini industri jasa keuangan diharapkan melakukan studi kelayanan sebelum memutuskan untuk melakukan pembiayaan sebuah proyek. Selain itu industri jasa keuangan juga tidak hanya berpatokan pada return on asset (RoA) saja ketika membiayai proyek tapi juga harus melihat dampak lingkungan dan sosial terhadap proyek tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto