KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai lini bisnis berlomba mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Salah satu yang serius menjalankan isu lingkungan ini adalah perbankan, melalui produk pembiayaan hijau. Mulai dari kredit hijau hingga obligasi hijau. Fokus pada ekonomi berkelanjutan ini mendapat payung Peraturan Otoritas Jasa Keuangan POJK No 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten dan Perusahaan Terbuka. Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan, hingga tahun 2030, Indonesia membutuhkan pembiayaan atau investasi sektor berkelanjutan sebesar Rp 67.803 triliun. Angka itu jauh dari realitas yang ada sekarang. September 2021, OJK sempat menyebutkan, kredit hijau ditambah penerbitan obligasi berkelanjutan perbankan baru sekitar Rp 881,9 triliun.
Sejumlah bank pelat merah sudah lebih dulu masuk pembiayaan hijau. Misalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang menerbitkan obligasi hijau pada Juli lalu bertajuk Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank BRI Tahap I Tahun 2022 dengan pokok obligasi sebanyak-banyaknya Rp 5 triliun.
Baca Juga: Kiprah UMKM Hijau, Berbisnis Sambil Menjaga Alam dan Lingkungan Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan, BRI membidik Rp 15 triliun dari obligasi tersebut yang dilakukan bertahap selama tiga tahun sampai 2024. "Green bond BRI Tahap I Tahun 2022 yang diterbitkan pada Juli lalu tercatat oversubscribed 4,4 kali," ujar Aestika, pekan lalu. Selain obligasi, BRI menyalurkan pembiayaan ekonomi berkelanjutan. Hingga akhir kuartal II-2022, BRI telah menyalurkan kredit ekonomi berkelanjutan senilai Rp 657,1 triliun atau naik 11,7% yoy. Bank BNI juga menerbitkan obligasi hijau denominasi rupiah senilai Rp 5 triliun. Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar mengungkapkan, obligasi ini direspons positif investor, dan oversubscribed lebih dari empat kali pada saat
book building. "Ke depan, BNI menerbitkan kembali green bond dengan tetap memperhatikan kebutuhan pembiayaan dan kondisi likuiditas bank," imbuhnya. Sementara hingga Juni 2022, pembiayaan hijau BNI telah mencapai Rp 176,6 triliun atau 28,6% dari total kredit. "Posisi ini naik dari portofolio pembiayaan hijau BNI pada periode sama 2021 yang tercatat Rp139,4 triliun, atau 24.5% dari total kredit," ujar Royke.
Baca Juga: Salurkan Kredit Hijau, BNI Dorong Pengembangan PLTS di Indonesia Adapun Bank Mandiri merilis
sustainability bond senilai US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,4 triliun pada tahun 2021. Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Alexandra Askandar menyatakan, sebanyak 46% hasil penawaran obligasi itu digunakan untuk pembiayaan hijau. Semester I-2022, Bank Mandiri telah menerbitkan ESG Repo senilai US$ 500 juta, dan menjadikan Bank Mandiri yang pertama sebagai bank penerbit ESG Repo Bank di Indonesia. "Ke depan, kami akan mendorong pengembangan produk hijau lain seperti
sustainability linked loan," kata Alexandra, Rabu (17/8). Bank Mandiri juga sudah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan, sesuai kriteria POJK No 51/2017, senilai Rp 226 triliun atau tumbuh 21% yoy. Khusus kredit hijau sudah mencapai Rp 105 triliun dan kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencapai Rp 115 triliun. "Bank Mandiri menargetkan dapat berkontribusi 21%-23% dari pembiayaan hijau nasional sesuai kriteria POJK 51," ujar Xandra. Kini, 25% dari total portofolio Bank Mandiri merupakan portofolio berkelanjutan. Tak mau kalah, Bank KB Bukopin cukup agresif menyalurkan pembiayaan hijau. Sampai kuartal II-2022, Bank KB Bukopin telah menyalurkan pembiayaan hijau senilai Rp 847 miliar.
Terkait target pembiayaan
small medium emterprise (SME) jangka pendek sampai akhir tahun 2022 naik 10% menjadi Rp 931 miliar. "Target jangka panjang naik 50% dari posisi terakhir Desember 2022 menjadi Rp 1,3 triliun," kata Dewi Ekawati,
MSME Product & Business Support Division Head. Baca Juga: Energi Hijau, Bikin Pebisnis dan Perbankan Semakin Terpukau Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ahmad Febrian