KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) dalam mengoptimalkan unit usaha syariahnya kian membuahkan hasil. Hingga semester I-2024,
outstanding pembiayaan BTN Syariah mencapai Rp 41 triliun. Pencapaian tersebut tumbuh 22% dibandingkan posisi Juni 2023. Adapun, sejak 2021, pembiayaan BTN Syariah mencatat tren pertumbuhan berkelanjutan dengan rata-rata pertumbuhan di atas 12%. Direktur Utama BTN Nixon L.P Napitupulu mengungkapkan ekspansi pembiayaan syariah tetap diarahkan pada sektor perumahan dan pembiayaan
consumer. Portofolio pembiayaan BTN Syariah berasal dari pembiayaan perumahan sebesar 98,3% sedangkan sisanya berasal dari pembiayaan
consumer. Baca Juga: Laba BTN Syariah Melonjak 31.7% pada Semester I-2024 Nixon bilang potensi bisnis KPR syariah sangat menjanjikan karena produknya relevan dengan kebutuhan nasabah. Ia melihat skema KPR syariah semakin diminati karena menjanjikan angsuran tetap. Menurutnya, skema ini sangat relevan di tengah ketidakpastian ekonomi dan fluktuasi suku bunga. “Nasabah yang mengandalkan gaji bulanan untuk angsuran KPR tentu merasa lebih nyaman dengan skema ini,” ujar Nixon dalam keterangan resmi, Jumat (26/7). Secara umum, pertumbuhan pembiayaan BTN Syariah ditopang oleh segmen pembiayaan perumahan subsidi yang berkontribusi 63% terhadap total portofolio pembiayaan. Portofolio pembiayaan yang juga signifikan berasal dari pembiayaan perumahan non-subsidi yang berkontribusi 31%. Sebagai informasi, di segmen subsidi, BTN Syariah merupakan bank penyalur kedua setelah BTN konvensional dengan pangsa pasar 21%. Menurut data BP Tapera, per 23 Juli 2024 BTN Syariah telah menyalurkan pembiayaan untuk 20.773 unit dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Pertumbuhan pembiayaan yang agresif tampaknya diikuti dengan kualitas pembiayaan yang terus mengalami perbaikan. Rasio
Non Performing Financing (NPF) turun dari 3,3% di Juni 2023 menjadi 2,8% di Juni 2024. “Berkat penurunan NPF, BTN mengalokasikan pencadangan yang lebih sedikit di mana NPF
coverage turun dari 158% menjadi 125%,” ujar Nixon.
Baca Juga: Bank Syariah Menilai Potensi Pasar Pembiayaan KPR di Aceh Masih Sangat Besar Di sisi lain, sejalan dengan ekspansi pembiayaan, aset BTN Syariah telah mencapai Rp 56 triliun. Hal itu membuat BTN Syariah perlu memisahkan diri dari induk sesuai dengan ketentuan POJK POJK 12 Tahun 2023 tentang Unit Usaha Syariah yang mewajibkan pemisahan atau
spin off saat aset telah menyentuh Rp50 triliun. Nixon bilang BTN tengah mempersiapkan proses spin off dan diharapkan dapat tuntas pada semester pertama 2025. BTN telah menyiapkan dana Rp 1,5 triliun hingga Rp 6 triliun untuk permodalan BTN Syariah sehingga tetap bertahan di Kelompok Bank Modal Inti II. "Kinerja organik BTN Syariah sejauh ini menunjukkan tren yang sangat positif. Namun kami juga masih membuka peluang dan mempelajari situasi di market untuk pertumbuhan anorganik di masa mendatang," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi