JAKARTA. Geliat bisnis pembiayaan sepanjang tahun 2009 tak bergairah. Akibat terpaan krisis, sebagian pebisnis multifinance tak dapat menyalurkan pembiayaan lebih tinggi dari tahun sebelumya.PT Buana Finance Tbk salah satunya. Multifinance yang bergerak di sektor pembiayaan leasing ini ternyata tak dapat menyalurkan pembiayaannya jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya. "Tahun kemarin belum bagus karena imbas krisis itu," ungkap Direktur Utama Buana Finance Eko Santoso Budianto.Sepanjang 2009, paparnya, Buana Finance hanya mampu menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 700 miliar atau turun sekitar 36,36% dari tahun 2008 yang mencapai Rp 1,1 triliun. "Penurunan harga komoditas juga menjadi faktor utama kurangnya minat pada pembiayaan leasing kurang diminati. Alhasil, faktor itu juga berdampak terhadap kinerja pembiayaan Buana Finance," terangnya.Namun, lanjut Eko, menjelang akhir tahun 2009 mulai kenaikan permintaan leasing. "Kenaikan permintaan leasing mulai naik pada minggu kedua Oktober," ucapnya. Kenaikan permintaan ini berkat harga komoditi saat itu mulai meningkat. Eko pun optimis pembiayaan tahun 2010 akan bangkit lagi. Tahun ini, Buana Finance menargetkan pembiayaan minimal sebesar Rp 1,2 triliun."Kalau liat tren seperti ini kami yakin bisa dapet minimal 1,2 triliun. Malah, jika sumber pendanaan kuat, kami bisa mengucurkan pembiayaan hingga Rp 2 triliun," terang Eko.Selain itu, Eko berharap akan adanya penurunan bunga industri multifinance. "Kami ini bersaing dengan lembaga pembiayaan yang terkait dengan bank. Nah, jika bunga multifinance bisa turun sekitar 1% saja itu bisa sangat membantu," terangnya.Asal tahu saja, Eko bilang, saat ini pembiayaan di daerah sedang menggeliat. "Bisnis ini bisa tumbuh sekitar 30% dari tahun-tahun sebelumnya. Permintaan sedang naik tinggi, keadaannya terbaik dibandingkan waktu krisis," ucapnya.Tak heran, selama Februari 2010, Buana Finance berhasil menyalurkan pembiayaan hingga Rp 120 miliar. "Itu angka yang tertinggi yang pernah kita capai dan menunjukan indikator bahwa ekonomi memang jalan," tutur Eko. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pembiayaan Buana Finance Turun 36,36%
JAKARTA. Geliat bisnis pembiayaan sepanjang tahun 2009 tak bergairah. Akibat terpaan krisis, sebagian pebisnis multifinance tak dapat menyalurkan pembiayaan lebih tinggi dari tahun sebelumya.PT Buana Finance Tbk salah satunya. Multifinance yang bergerak di sektor pembiayaan leasing ini ternyata tak dapat menyalurkan pembiayaannya jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya. "Tahun kemarin belum bagus karena imbas krisis itu," ungkap Direktur Utama Buana Finance Eko Santoso Budianto.Sepanjang 2009, paparnya, Buana Finance hanya mampu menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 700 miliar atau turun sekitar 36,36% dari tahun 2008 yang mencapai Rp 1,1 triliun. "Penurunan harga komoditas juga menjadi faktor utama kurangnya minat pada pembiayaan leasing kurang diminati. Alhasil, faktor itu juga berdampak terhadap kinerja pembiayaan Buana Finance," terangnya.Namun, lanjut Eko, menjelang akhir tahun 2009 mulai kenaikan permintaan leasing. "Kenaikan permintaan leasing mulai naik pada minggu kedua Oktober," ucapnya. Kenaikan permintaan ini berkat harga komoditi saat itu mulai meningkat. Eko pun optimis pembiayaan tahun 2010 akan bangkit lagi. Tahun ini, Buana Finance menargetkan pembiayaan minimal sebesar Rp 1,2 triliun."Kalau liat tren seperti ini kami yakin bisa dapet minimal 1,2 triliun. Malah, jika sumber pendanaan kuat, kami bisa mengucurkan pembiayaan hingga Rp 2 triliun," terang Eko.Selain itu, Eko berharap akan adanya penurunan bunga industri multifinance. "Kami ini bersaing dengan lembaga pembiayaan yang terkait dengan bank. Nah, jika bunga multifinance bisa turun sekitar 1% saja itu bisa sangat membantu," terangnya.Asal tahu saja, Eko bilang, saat ini pembiayaan di daerah sedang menggeliat. "Bisnis ini bisa tumbuh sekitar 30% dari tahun-tahun sebelumnya. Permintaan sedang naik tinggi, keadaannya terbaik dibandingkan waktu krisis," ucapnya.Tak heran, selama Februari 2010, Buana Finance berhasil menyalurkan pembiayaan hingga Rp 120 miliar. "Itu angka yang tertinggi yang pernah kita capai dan menunjukan indikator bahwa ekonomi memang jalan," tutur Eko. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News