Pembiayaan elektronik melaju cepat



JAKARTA. Pembiayaan elektronik melaju cepat pada kuartal I 2012. Hal ini karena kebutuhan akan alat-alat elektronik di tingkat rumah tangga semakin banyak.

Salah satu perusahaan pembiayaan yang fokus di kredit elektronik adalah Federal International Finance (FIF) Spektra. Hingga akhir Maret 2012, multifinance ini berhasil menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 602 miliar. Jumlah itu tumbuh 23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Hal ini juga menjadi pencapaian yang menggembirakan bagi manajemen. Soalnya, anak usaha FIF ini hanya menargetkan pertumbuhan sebesar 10% per tahun. "Target biasanya hanya 10%, tapi pada awal tahun ini malah tumbuh di atas 20% per bulan," ujar Suhartono, Presiden Direktur FIF, Minggu (6/5).


Bahkan, penyaluran kredit khusus pada bulan Maret malah melesat di atas target. Pembiayaan pada Maret mencapai Rp Rp 305,3 miliar. Padahal, pembiayaan baru pada Januari hanya sekitar Rp 100 miliar dan Februari Rp 197 miliar.

Menurut Suhartono, hal itu karena pangsa pasar produk elektronik semakin besar. FIF Spektra sendiri fokus pada pembiayaan elektronik rumah tangga, yang didominasi produk televisi, air conditioner (AC), kulkas, hingga mesin cuci. Bila berdasarkan merek, pembiayaan menyasar pada produk buatan Samsung, LG, Sharp, Panasonic dan Polytron.

Gabungan Elektronika (Gabel) Indonesia mencatat, penjualan produk elektronik mencapai Rp 6,7 triliun per kuartal I 2012, tumbuh 22%. Penjualan terbanyak memang didominasi produk tv mencapai 1,65 juta unit, senilai Rp 2,88 triliun. Kemudian, penjualan kulkas sebanyak 759.309 unit (Rp 1,3 triliun), AC 407.536 unit (Rp 915,95 miliar), dan mesin cuci 499.201 (Rp 768,81 miliar).

Pendatang baru

Suhartono yakin, pangsa pasar produk elektronik akan semakin besar pada periode mendatang. Penjualan itu bakal terdongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang bisa mencapai di atas 6% pada tahun ini. "Kami optimistis, bisa mencapai target pembiayaan Rp 2 triliun pada tahun ini," ujarnya.

Apalagi, FIF Spektra hanya fokus pada pembiayaan elektronik rakitan dalam negeri. Makanya, manajemen tidak khawatir dengan rencana pemerintah melarang produk alat elektronik impor. "Larangan itu hanya mempengaruhi pembiayaan gadget yang selama ini selalu impor, kami tidak melayani di sektor itu," tambah Suhartono.

Semakin besar pangsa pasar produk elektronik juga menarik multifinance syariah terjun ke sektor itu. Salah satunya, Al Ijarah Indonesia Finance, yang selama ini fokus di pembiayaan kendaraan bermotor. "Tahun ini atau tahun depan, sudah ada layanan kredit elektronik," papar Herbudhi S. Tomo, Presiden Direktur Al Ijarah Finance.

Selain pangsa pasar yang besar, manajemen Al Ijarah Finance tertarik ke bisnis ini karena pemainnya masih sedikit. "Persaingan belum ketat, sehingga margin yang didapat bisa cukup besar," jelas Herbudhi.

Benar saja, saat ini hanya ada beberapa multifinance yang melayani kredit elektronik. Selain FIF, ada PT Adira Quantum Multifinance yang berhasil menyalurkan kredit Rp 2 triliun pada tahun lalu. Kemudian PT Finansia Multi Finance, dengan penyaluran kredit lebih kecil, sekitar Rp 1,1 triliun per 2011.

Manajemen Adira Quantum juga yakin, pembiayaan elektronik bakal tumbuh tinggi pada tahun ini. Mereka menargetkan pertumbuhan tahun ini sebesar 40%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can