Pembiayaan Mobil Bekas Mulai Menanjak, Ini Pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembiayaan multifinance untuk mobil bekas nampaknya terus menanjak seiring berakhirnya insentif atau relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sebesar 100% pada bulan Agustus lalu. Meskipun, pembelian mobil baru berkapasitas di bawah 1.500 cc masih mendapat diskon PPnBM 25% mulai September hingga Desember 2021.

Walaupun secara industri pembiayaan mobil bekas memang terlihat masih mengalami penurunan, tetapi beberapa perusahaan pembiayaan masih mencatatkan kinerja yang positif pada pembiayaan mobil bekas.

Sebagai gambaran, per Oktober total pembiayaan mobil bekas hanya sebesar Rp 54,38 triliun atau menurun 7,7% secara year on year (yoy) dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 59,92 triliun atau menurun 0,4% dari bulan sebelumnya yang mencapai 54,601 triliun.


PT BFI Finance Indonesia Tbk misalnya, mengaku secara keseluruhan kinerja pembiayaan mobil bekas bergerak positif.

Baca Juga: Jelang akhir tahun, industri Multifinance makin gencar kejar target

Hingga 30 September 2021, komposisi pembiayaan terbesar adalah pembiayaan mobil bekas 71,7% dari nilai piutang pembiayaan yang dikelola (managed receivables).

Dian Ariffahmi, Corporate Communication Head PT BFI Finance Indonesia Tbk mengatakan, walaupun mobil bekas sempat terdampak fenomena banting harga, aktivitas transaksi jual-beli dan permintaan pembiayaannya sudah pulih dari pandemi Covid-19.

"Pembiayaan mobil bekas BFI Finance memiliki pasar tersendiri, dengan jenis mobil lawas tertentu yang masih diminati. Jadi, kami melihat debitur mobil bekas tidak hanya karena mengincar harga murah," kata Dian kepada Kontan.co.id, Kamis (23/12).

Dian menambahkan, debitur jenis ini juga biasanya memiliki profil risiko yang terukur, karena lebih berpengalaman soal cara menilai mobil yang bagus dan sudah sering berganti kendaraan.

"Apabila kondisi ekonomi dan kepercayaan publik soal meredanya pandemi ini terus membaik, diharapkan juga akan mengerek kenaikan segmen mobil bekas," ungkap Dian.

Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman menyatakan, realisasi kredit untuk mobil bekas hingga bulan November 2021 mengalami kenaikan yang sangat tajam bila dibandingkan dengan periode yang sama dibulan November tahun 2020, yaitu sebesar 216%. Dari tahun sebelumnya mencapai Rp 790 miliar, meningkat menjadi Rp 1,7 trilun.

"Memang salah satu strategi CNAF ditahun 2021 guna menyeimbangkan pertumbuhan asset kelolaan dalam masa pandemi covid-19 adalah dengan meningkatkan penetrasi pasar mobil bekas," ujar Ristiawan.

Ia menyebut, saat ini porsi asset kelolaan mobil bekas ada dilevel 28% berbanding total asset kelolaan di CNAF.

Menurutnya, perseroan giat bekerjasama dengan berbagai Bursa Mobil Bekas yang ada di berbagai area dan sejauh ini kerjasama tersebut cukup memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan kredit CNAF untuk segmen mobil bekas ditahun 2021.

Baca Juga: Penyaluran kredit kendaraan bermotor (KKB) semakin membaik

Ristiawan menjelaskan, di tahun depan adanya penyesuaian strategi untuk sedikit lebih fokus ke segmen mobil bekas di CNAF disamping untuk mempertahankan asset kelolaan dan pendapatan perusahaan tetap tumbuh, guna mengantisipasi resiko adanya market shock disegmen mobil baru ditahun 2022, dikarenakan tidak diperpanjangnya lagi program stimulus pemerintah yaitu insentif PPnBM.

Clipan Finance juga mencatatkan kenaikan kinerja pada mobil bekasnya hingga saat ini. Tercatat, kinerja Pembiayaan Mobil Bekas Clipan secara ytd naik pada November 2021 menjadi Rp 1,25 triliun dari Desember 2020 yang sebesar Rp 1,17 triliun.

Direktur Utama Clipan Finance, Harjanto Tjitohardjojo mengatakan, saat ini pembiayaan mobil bekas menjadi backbone di Clipan, dengan portofolio mencapai 50% untuk pembiayaan mobil bekas, dan 50% untuk pembiayaan mobil baru.

"Dalam meningkatkan kinerja di segmen mobil bekas, selain Clipan biayai mobil bekas yang reguler, per 2022 kami akan biayai mobil bekas premium (harga di atas Rp 500 juta) dengan program menarik," ucap Harjanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi