KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pertumbuhan pembiayaan industri multifinance di luar Pulau Jawa semakin bertumbuh. Per Oktober, kenaikan pembiayaan di luar pulau jawa berhasil melampaui pertumbuhan pulau jawa. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Oktober 2017, total piutang pembiayaan industri pembiayaan multifinance mencapai Rp 425,53 triliun. Jika diperinci, pembiayaan di luar Pulau Jawa mencapai Rp 134,95 triliun, atau menyumbang kontribusi sebesar 31,71%. Pertumbuhan di lingkup ini mengalami kenaikan 25,30% secara year on year (yoy). Sementara, pembiayaan di Pulau Jawa tercatat mencapai Rp 290,27 triliun atau berkontribusi sebesar 68,21% dengan pertumbuhan tipis sebesar 2,07% dibanding periode sama tahun kemarin. Sedangkan sisanya lagi pembiayaan berasal dari luar Indonesia yang tercatat mencapai Rp 307 miliar. Dari jumlah tersebut, pembiayaan Sumatera Utara misalnya tumbuh 32,27%, Nusa Tenggara Barat (NTB) 53,9%, Bengkulu 40,28% dan Kalimantan Timur 17,17%. Sedangkan pertumbuhan pembiayaan di pulau jawa terlihat belum mengalami pertumbuhan yang signifikan. DKI Jakarta misalnya, yang memiliki kontribusi terbesar mengalami penurunan 21,08% menjadi Rp 103,01 triliun. Padahal di posisi sama tahun kemarin, ibukota Indonesia tersebut masih mencatatkan pembiayaan sebesar Rp 124,73 triliun. Lalu di daerah lain seperti Jawa Tengah tumbuh tipis 0,35% menjadi Rp 45,05 triliun sampai Oktober 2017. Presiden Direktur Astra Sedaya Finance (ASF) Jodjana Jody mengatakan, permintaan pembiayaan di luar pulau jawa memang terlihat semakin bergairah setelah dua tahun belakangan sempat tertekan. Potensi ke depan, ASF optimistis lingkup di luar pulau jawa masih akan bertumbuh disokong oleh membaiknya perekonomian dalam negeri. Dengan begitu, katalis tersebut juga bisa mendongkrak daya beli konsumen yang berada di luar pulau jawa. Saat ini, porsi pembiayaan ASF sendiri masih didominasi dari pulau jawa sebesar 65% lalu sisanya lagi berasal dari luar pulau jawa. Jodjana bilang, porsi tersebut saat ini sudah termasuk ideal dibanding dua tahun belakangan di mana porsi dari pulau jawa mencapai angka 70%. "Setelah dua tahun belakangan tertekan, saya rasa bakal kembali terangkat demandnya," kata Jodjana kepada Kontan.co.id, akhir pekan lalu. Potensi pasar pembiayaan yang cukup baik di luar pulau jawa juga turut diyakini oleh PT Indosurya Inti Finance. Saat ini perusahaan tersebut telah memiliki sekitar 70 kantor cabang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Dari jumlah kantor cabang tersebut, pembiayaan pulau jawa masih berkontribusi dominan dengan porsi 80%. Lalu sisanya 20% bersumber dari luar pulau jawa. Tahun ini, Indosurya juga tengah menjajaki untuk masuk memperluas pasar di Kalimantan dan Sulawesi. "Potensinya masih cukup baik, khususnya di kedua tempat tersebut di mana harga komoditas mulai stabil," kata Managing Director Indosurya Finance Mulyadi Tjung kepada Kontan.co.id, Senin (4/12). Namun, di tahun depan Indosurya Finance mengaku belum berencana untuk menambah kantor cabang baru. Hanya saja, Mulyadi bilang pihaknya bakal fokus untuk mengembangkan jalur digital.
Pembiayaan multifinance di luar Jawa naik pesat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pertumbuhan pembiayaan industri multifinance di luar Pulau Jawa semakin bertumbuh. Per Oktober, kenaikan pembiayaan di luar pulau jawa berhasil melampaui pertumbuhan pulau jawa. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Oktober 2017, total piutang pembiayaan industri pembiayaan multifinance mencapai Rp 425,53 triliun. Jika diperinci, pembiayaan di luar Pulau Jawa mencapai Rp 134,95 triliun, atau menyumbang kontribusi sebesar 31,71%. Pertumbuhan di lingkup ini mengalami kenaikan 25,30% secara year on year (yoy). Sementara, pembiayaan di Pulau Jawa tercatat mencapai Rp 290,27 triliun atau berkontribusi sebesar 68,21% dengan pertumbuhan tipis sebesar 2,07% dibanding periode sama tahun kemarin. Sedangkan sisanya lagi pembiayaan berasal dari luar Indonesia yang tercatat mencapai Rp 307 miliar. Dari jumlah tersebut, pembiayaan Sumatera Utara misalnya tumbuh 32,27%, Nusa Tenggara Barat (NTB) 53,9%, Bengkulu 40,28% dan Kalimantan Timur 17,17%. Sedangkan pertumbuhan pembiayaan di pulau jawa terlihat belum mengalami pertumbuhan yang signifikan. DKI Jakarta misalnya, yang memiliki kontribusi terbesar mengalami penurunan 21,08% menjadi Rp 103,01 triliun. Padahal di posisi sama tahun kemarin, ibukota Indonesia tersebut masih mencatatkan pembiayaan sebesar Rp 124,73 triliun. Lalu di daerah lain seperti Jawa Tengah tumbuh tipis 0,35% menjadi Rp 45,05 triliun sampai Oktober 2017. Presiden Direktur Astra Sedaya Finance (ASF) Jodjana Jody mengatakan, permintaan pembiayaan di luar pulau jawa memang terlihat semakin bergairah setelah dua tahun belakangan sempat tertekan. Potensi ke depan, ASF optimistis lingkup di luar pulau jawa masih akan bertumbuh disokong oleh membaiknya perekonomian dalam negeri. Dengan begitu, katalis tersebut juga bisa mendongkrak daya beli konsumen yang berada di luar pulau jawa. Saat ini, porsi pembiayaan ASF sendiri masih didominasi dari pulau jawa sebesar 65% lalu sisanya lagi berasal dari luar pulau jawa. Jodjana bilang, porsi tersebut saat ini sudah termasuk ideal dibanding dua tahun belakangan di mana porsi dari pulau jawa mencapai angka 70%. "Setelah dua tahun belakangan tertekan, saya rasa bakal kembali terangkat demandnya," kata Jodjana kepada Kontan.co.id, akhir pekan lalu. Potensi pasar pembiayaan yang cukup baik di luar pulau jawa juga turut diyakini oleh PT Indosurya Inti Finance. Saat ini perusahaan tersebut telah memiliki sekitar 70 kantor cabang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Dari jumlah kantor cabang tersebut, pembiayaan pulau jawa masih berkontribusi dominan dengan porsi 80%. Lalu sisanya 20% bersumber dari luar pulau jawa. Tahun ini, Indosurya juga tengah menjajaki untuk masuk memperluas pasar di Kalimantan dan Sulawesi. "Potensinya masih cukup baik, khususnya di kedua tempat tersebut di mana harga komoditas mulai stabil," kata Managing Director Indosurya Finance Mulyadi Tjung kepada Kontan.co.id, Senin (4/12). Namun, di tahun depan Indosurya Finance mengaku belum berencana untuk menambah kantor cabang baru. Hanya saja, Mulyadi bilang pihaknya bakal fokus untuk mengembangkan jalur digital.