KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada semester I/2022 pembiayaan sepeda motor tercatat menurun di bandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini salah satunya di sebabkan karena dampak dari fenomena kelangkaan chip semikonduktor. Hal ini terlihat dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatatkan pembiayaan sepeda motor per Juni 2022 hanya mencapai Rp 65,26 triliun atau turun tipis 0,8% dibandingkan dengan bulan Mei yang mencapai Rp 65,81 triliun. Tren ini pun tercermin dari data Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) per Juni 2022, di mana penjualan motor domestik hanya mencapai 2,24 juta unit, turun tipis ketimbang capaian semester I/2021 yang mampu mencapai 2,45 juta unit.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan, tantangan yang berpotensi menjadi penghambat penyaluran pembiayaan secara signifikan, salah satunya memang berasal dari keterbatasan pasokan mobil dan motor, akibat fenomena kelangkaan chip semikonduktor.
Baca Juga: Setelah Izin Usaha Dicabut, Intan Baru Prana Mencari Peluang Usaha Baru Suwandi melihat, krisis chip merupakan dampak dari adanya
lockdown China, selain fenomena krisis chip sebelumnya yang disebabkan para produsen chip memprioritaskan industri barang elektronik dan
gadget ketimbang industri otomotif. "Kendati demikian kami masih sangat optimis, optimisme kami berasal dari para dealer mobil dan motor, di mana begitu banyaknya SPK (Surat Pemesanan Kendaraan) yang masuk, tapi
supply tidak bisa memenuhi. Euforia terhadap kendaraan listrik juga mulai membanjiri masyarakat Indonesia. Artinya, sentimen negatif hanya soal krisis komponen saja," jelas Suwandi kepada kontan.co.id. Di sisi lain, kenaikan suku bunga menurut Suwandi tidak terlalu berdampak kepada kinerja
multifinance. Menurutnya, masyarakat masih akan membeli kendaraan bermotor meskipun suku bunga naik 2%-3%. "Pernah kami mengalami kenaikan tingkat suku bunga hingga 18%, waktu itu orang tetap beli kendaraan. Alasannya karena kenaikan suku bunga 1%-3% tidak terlalu besar terhadap beban yang harus dibayarkan nasabah," tambah Suwandi. Salah satu perusahaan pembiayaan FIF Group sebagai anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) juga mengakui penyaluran pembiayaan sepeda motor anyar tahun ini berpeluang stagnan akibat turut terdampak fenomena kelangkaan chip semikonduktor. CEO FIF Group, Margono mengungkap bahwa krisis chip mulai membayangi bisnis pembiayaan sepeda motor secara signifikan sejak Mei 2022. Namun, di periode ini justru berbarengan dengan permintaan konsumen yang sedang tinggi-tingginya.
Baca Juga: Pefindo Sematkan Peringkat idAAA untuk BCA Finance "Pembiayaan sepeda motor di Juli kemarin nominalnya hanya di kisaran Rp 2,8 triliun, biasanya di kisaran Rp 3,3 triliun per bulan," ungkap Margono. Kendati mengalami tren penurunan, Margono berharap
supply kendaraan bermotor mengalami perbaikan pada Agustus 2022. Sementara target pembiayaan sepeda motor khusus Honda bisa terus bertumbuh. "Kami targetkan hingga akhir tahun bisa capai Rp 37 triliun-Rp 38 triliun. Dibanding tahun lalu tumbuh 8%. Dengan komposisi pembiayaan pada motor baru dan bekas itu sekitar 90% dari segi pembiayaan. Sebesar 67% nya masih dari motor baru," ujar Margono. Jumlah unit sepeda motor baru yang dibiayai FIFASTRA sepanjang semester I/2022 sebanyak 549 ribu unit pun turun 4,81% yoy ketimbang pada semester I/2021 yang mencapai 577 ribu unit. "Keterbatasan stok motor sepanjang paruh awal 2022 ini sangat signifikan. Jumlah unit yang kami salurkan biasanya bisa 120.000 unit lebih per bulan, sekarang separuhnya saja sudah bagus," tambahnya. Oleh karena itu, dalam meningkatkan kinerja perusahaan di tahun ini, FIF pun terus mengupayakan strategi lain, agar fenomena keterbatasan stok sepeda motor baru tak lantas membuat kinerja total pembiayaan perusahaan turut anjlok. Salah satunya, dengan mengoptimalkan lini bisnis pembiayaan lain, seperti DANASTRA, SPEKTRA, AMITRA, dan FINATRA. Sebagai gambaran, pembiayaan multiguna DANASTRA per Juni 2022 tercatat tumbuh 16,02% yoy menjadi Rp 5,71 triliun. Sementara, pembiayaan multiproduk seperti elektronik, gadget, atau sepeda lewat SPEKTRA tumbuh 11,08% menjadi Rp 337,60 miliar.
Baca Juga: Mandala Multifinance Siapkan Dana untuk Lunasi Obligasi Jatuh Tempo Rp 150 Miliar Adapun, pembiayaan syariah AMITRA mulai terdongkrak karena pelaksanaan ibadah Haji maupun Umrah telah dibuka, sehingga pembiayaan mencapai Rp 46,64 miliar pada semester I/2022, tumbuh 36,43% yoy. Terakhir, produk baru di lini bisnis pembiayaan mikro FIF bertajuk FINATRA yang baru beroperasi sejak April 2022 pun mencatatkan penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp 22,14 miliar. "Untungnya FIF punya
back-up lini bisnis lain untuk mengimbangi penurunan di penjualan motor baru. Peluang besar ada di motor bekas dan multiguna. Selain itu, FINATRA juga potensial, karena penyaluran kredit mikro produktif kami itu yang ratusan juta, dan ada jaminannya. Kalau SPEKTRA, walaupun permintaan tinggi, tenornya pendek dan nominalnya kecil," tutupnya. Setali tiga uang, kondisi keterbatasan stok juga membuat Mandala Finance harus mendorong lebih agresif untuk pembiayaan multiguna. "Meskipun terdapat kondisi keterbatasan stok unit motor, jumlah pembiayaan sampai dengan Juni 2022 mengalami kenaikan, walaupun jumlahnya masih di bawah target yang kami tetapkan di awal tahun, yaitu sebesar Rp 2,82 triliun naik 18,6% YoY," kata Direktur Bisnis Mandala Multifinance Christel Lasmana. Menurutnya, meskipun stok unit motor baru di pasaran terbatas di semester I tahun 2022, melalui komunikasi perusahaan dengan para partner dealer, kondisi stok diperkirakan akan membaik di semester II ini. "Mandala selalu siap untuk mengantisipasi dan memenuhi permintaan yang ada akan kebutuhan pembiayaan dari konsumen kami, dan kami masih optimis on track untuk menutup target pembiayaan Mandala di 2022," ujar Christel.
Baca Juga: Sanksi Pajak STNK Memberatkan Industri Multifinance Di sisi lain, Christel menjelaskan, risiko kenaikan BI rate dan inflasi merupakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh berbagai industri termasuk industri pembiayaan. "Tetapi Mandala sudah mengantisipasi faktor tersebut dalam strategi
funding perusahaan sehingga itu tidak mempengaruhi kinerja bisnis kami," tambahnya.
Hingga saat ini kontribusi pembiayaan sepeda motor memang masih dominan, di atas 90% dari total keseluruhan pembiayaan Mandala Finance. Dalam menjaga pembiayaan hingga akhir tahun, Mandala Finance akan fokus dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan digitalisasi di berbagai lini melalui aplikasi Mantis. "Sehingga kami bisa menjangkau lebih banyak masyarakat Indonesia dan dapat melayani mereka dengan lebih baik," imbuh Christel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi