KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, per November 2018, pembiayaan multiguna naik sebesar 5,88% secara year on year (yoy) menjadi Rp 254,29 triliun. Sebelumnya, per November 2017, pembiayaan multiguna adalah sebesar Rp 240,15 triliun. Capaian November 2017 tersebut juga naik sebesar 5,82% secara yoy jika dibandingkan pembiayaan multiguna pada November 2016 yang sebesar Rp 226,94 triliun. Juru Bicara OJK Sekar Putih Djarot mengatakan, pembiayaan multiguna didefinisikan sebagai pembiayaan untuk pengadaan barang dan jasa yang diperlukan oleh peminjam untuk konsumsi dan bukan untuk aktivitas produktif.
Menurut Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno, pembiayaan ini meliputi pembiayaan mobil, motor, properti, biaya pendidikan, kesehatan, perjalanan tur atau liburan, pembelian peralatan rumah tangga, dan kebutuhan konsumtif lainnya. Suwandi mengatakan, porsi terbesar pembiayaan mutiguna masih dipegang oleh pembiayaan untuk motor dan mobil. “Pembiayaan konsumen sekarang masuknya di mutiguna,” kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (14/1). Pembiayaan multiguna yang terus tumbuh ini sejalan dengan pertumbuhan konsumsi masyarakat, khususnya pada mobil dan motor. Meski relatif kecil, perusahaan pembiayaan PT Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL Finance) mencatat, dari total pembiayaan 2018 yang sebesar Rp 2,9 triliun, pembiayaan multigunanya mencapai 20%. Untuk 2019, Suwandi yang juga menjabat sebagai direktur utama CSUL Finance memproyeksi porsi pembiayaan ini tidak akan jauh berbeda dari 2018. PT Home Credit Indonesia juga mencatat, per 2018, pertumbuhan pembiayaan perusahaannya adalah sebesar 79%, meningkat dari Rp 5,3 triliun pada 2017 menjadi Rp 9,5 triliun.
Jenis barang yang dibeli dari pembiayaan ini didominasi oleh ponsel dan gawai. Jenis barang ini mencakup 69,42%. Disusul oleh barang ekektronik dan televisi sebesar 18,29%, furniture 6,97%, dan lain-lain sebesar 5,51%. CEO Home Credit Indonesia Jaroslav Graisler menargetkan pembiayaannya bisa naik 40% pada 2019 menjadi Rp 14 triliun. Sementara itu, Mandiri Tunas Finance (MTF) mengatakan pembiayaannya per 2018 naik 27,4% menjadi Rp 28,3 triliun. Padahal, per 2017, pembiayaan MTF masih berada pada angka Rp 22,2 triliun. Dari perolehan 2018 itu, porsi pembiayaan untuk konsumsi mendominasi, yaitu sebesar 68%. Penggunaan pembiayaan konsumtif ini di antaranya adalah untuk kredit kendaraan bermotor, pendidikan, renovasi rumah, umroh/wisata, dan kesehatan. Menurut mencapai Rp 990 miliar dan Kredit Kendaraan Bermotornya mencapai Rp 4,2 triliun. Direktur MTF Harjanto Tjitohardjojo kredit kendaraan bermotor perusahaannya mencapai Rp 4,2 triliun pada 2018. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .