KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai
outstanding pembiayaan multiguna industri pembiayaan (
multifinance) berangsur-angsur mencatatkan koreksi sejak pandemi Covid-19. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2022, piutang pembiayaan sektor multiguna mengalami penurunan senilai 5,6% secara
year on year menjadi Rp 204,53 triliun. "Penurunan pembiayaan multiguna di industri
multifinance lebih disebabkan karena realisasi pembiayaan baru yang lebih kecil dibandingkan dengan pengurangan portofolio (
Run-Off)," ujar Ristiawan Suherman, President Director CIMB Niaga Auto Finance. Meskipun secara industri masih melandai, tetapi tren kinerja multiguna perlahan membaik dan mengalami peningkatan, terutama pada permintaan pembiayaan barang-barang konsumsi.
Menanggapi hal ini, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyebutkan mobilitas Indonesia yang sudah membaik berimbas pada pertumbuhan yang positif terhadap pembiayaan multiguna usai mengalami penurunan serius hingga menyentuh 18%.
Baca Juga: Pinjaman Bank Adira Dinamika Multi Finance Menurun Menjadi per Maret 2022 Seperti CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) mencatatkan laju kinerja pembiayaan yang positif di tahun ini. Hal tersebut tercermin dari total aset pembiayaan CIMB Niaga Finance yang tumbuh sebesar 51%. Pada semester pertama 2022, aset yang dimiliki CNAF mencapai Rp 8,8 triliun lebih tinggi ketimbang pada semester pertama tahun lalu sebesar Rp 5,8 triliun. Tidak hanya aset, realisasi pembiayaan baru CNAF pun meningkat 103% menjadi Rp 4,4 triliun di semester pertama 2022 dibandingkan periode yang sama pada 2021. Realisasi pembiayaan baru dengan komposisi 32% dari kendaraan baru, 40% dari pembiayaan mobil bekas, dan sisanya 28% dari
refinancing. "Pemulihan industri otomotif seiring dengan penjualan mobil baru yang meningkat dan juga dukungan stimulus PPNBM pemerintah di tahun 2022 ini. Kondisi tersebut sesuai dengan kinerja CNAF yang tumbuh positif dari tahun ke tahun," kata Ristiawan. Lebih lanjut, penurunan pembiayaan multiguna yang sempat terjadi bukan karena kehadiran
fintech yang kian meningkat pertumbuhannya. Ini tidak ada kaitannya lantaran segmentasi dan sistem yang berbeda. Artinya setiap pembiayaan melalui perusahaan pembiayaan (
multifinance) harus berdasarkan aset yang diagunkan (
collateral), sementara
fintech tidak memberlakukan itu dalam praktiknya. "
Fintech belum mempengaruhi bisnis Clipan Finance karena kita mempunyai jumlah nominal pinjaman yang berbeda. Rata-rata kredit terendah di kami berkisar Rp 50 juta, sedangkan
fintech masih di bawah pinjaman tersebut," pungkas CEO Clipan Finance, Harjanto Tjitohardjojo pada Selasa (12/7).
Baca Juga: Dibayangi Sanksi PKU, Danasupra Erapacific Catat Rugi Rp 9,88 Miliar di Semester I Stanley S. Atmadja, Direktur Utama Mandiri Utama Finance menjelaskan seiring dengan tren pemasaran dan penyaluran pembiayaan multiguna via digital, MUF juga telah melakukan dan terus mengembangkan hal yang sama, baik melalui melalui pengembangan secara
in house maupun kolaborasi. Bahkan, ke depannya situasi ini bisa menjadi peluang bagi
multifinance dan
fintech kerja sama. Mengawali semester dua pada 2022 permintaan kredit multiguna Mandiri Utama Finance (MUF) juga terlihat semakin agresif mengalami kenaikan. Tercatat peningkatan kredit multiguna di MUF naik sebesar 85% menjadi Rp 1 triliun di semester pertama tahun ini. Dan diproyeksikan akan terus meningkat hingga akhir tahun senilai Rp2,5 triliun. Penyaluran multiguna MUF ke depannya akan difokuskan pada nasabah
captive. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi