KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai
outstanding pembiayaan multiguna terus mencatatkan koreksi sejak pandemi covid-19. Terlihat dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Juli 2022 pembiayaan multiguna perusahaan pembiayaan hanya mencapai Rp 203,87 triliun atau menurun secara yoy 4,1% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 212,15 triliun. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyampaikan, pembiayaan multiguna yang masih terkoreksi juga salah satunya karena terdampak pandemi covid-19, saat covid-19 pembiayaan multiguna terkontraksi paling dalam. Kata Suwandi, hal ini tidak bisa pulih dengan cepat. Kendati demikian, tahun ini pihaknya masih mengharapkan pertumbuhan industri secara menyeluruh, secara piutangnya atau asetnya bisa tumbuh sekitar 6%.
"Kalau menyalurkan kredit kepada multiguna itu ditahan atau apa enggak juga, semua perusahaan pembiayaan kan mau tumbuh selama pendanaannya sendiri sudah mulai mengalir ya pasti akan tumbuh dengan sendirinya," katanya. Baca Juga:
Hadapi Tantangan Ekonomi karena Inflasi, Begini Strategi BRI Finance Karena menurut Suwandi, perusahaan pembiayaan juga punya bisnis di pembiayaan investasi, modal kerja, dan multiguna. Selama pendanaan, likuiditasnya memadai, juga selama semuanya tersedia dari pendanaan tidak masalah
supply barangnya oke, pasti terus menyalurkan kreditnya. Walau begitu, perusahaan pembiayaan juga perlu mencermati dengan adanya kenaikan suku bunga yang membuat kenaikan harga-harga barang naik, hal tersebut perlu diperhitungkan oleh calon debitur. Berbeda halnya dengan para pemain
multifinance yang terus mencatatkan pertumbuhan pada pembiayaan multiguna. Misalnya saja PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) yang mencatatkan peningkatan pesat pada pembiayaan multiguna sebesar 79% hingga periode Juli 2022, atau mencapai Rp 1,34 triliun dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 751 miliar. "Kebanyakan nasabah mengajukan produk ini untuk penambahan modal kerja usaha yang selama masa pandemi terhambat," ujar Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman. Hingga akhir tahun perusahaan juga menargetkan pembiayaan multiguna bisa tumbuh hingga Rp 2 triliun. Ristiawan menjelaskan, di CNAF produk ini dijual hanya untuk nasabah
existing yang mempunyai
track record yang baik. Jadi sejauh
profile dan
record-nya baik perusahaan akan terus menyalurkan produk ini sebagai bagian dari strategi untuk mempererat hubungan dengan nasabah
existing perusahaan. "Terkait dengan inflasi dan kenaikan harga BBM, saya merasakan tidak akan sangat berpengaruh terhadap segmen yang sekarang ini kita layani (menengah ke atas) sejauh kenaikan inflasinya masih di kisaran rendah," katanya. Direktur Utama Mandiri Utama Finance Stanley Setia Atmadja juga mengaku penyaluran pembiayaan multiguna (fasilitas dana tunai) MUF YoY pada Juni 2022 dibanding tahun lalu tumbuh sebesar 85%, menjadi Rp 1 triliun. Baca Juga:
Berubah Nama, PT Gratama Finance Indonesia Kantongi Izin OJK "Proyeksi penyaluran multiguna MUF hingga akhir tahun adalah Rp 2,5 triliun," tutur Stanley.
Pembiayaan multiguna MUF memang disalurkan dalam bentuk program wisata, kesehatan, pendidikan dan biaya renovasi. Stanley menyampaikan, saat ini penyaluran pembiayaan masih berjalan normal, dengan proses akuisisi yang selektif dan
prudent. Menurutnya, pengalaman masa krisis Covid-19 lalu harusnya memberikan pembelajaran yang sangat berharga bagi industri pembiayaan dalam menyalurkan pembiayaan dan menghadapi tantangan-tantangan yang akan datang. "Strategi pembiayaan multiguna ke depan adalah fokus pada nasabah
captive. MUF sendiri dan
group induk perusahaan dan juga pengembangan terus menerus melakiuan
channel digital," tandas Stanley. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi