KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kucuran dana fintech P2P lending ke sektor produktif terus bertumbuh. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sampai Februari penyaluran ke sektor produktif mencapai Rp 8,43 triliun atau 61,21% dari akumulasi penyaluran pembiayaan secara total. Salah satu pemain fintech P2P lending Akseleran juga sepakat deengan hal tersebut. Secara kumulatif total penyaluran pinjaman usaha Akseleran hingga 13 April 2022 telah menembus sebesar Rp 4,3 triliun atau tumbuh hingga 105% dibandingkan realisasi di periode yang sama tahun 2021. Ivan Tambunan, CEO & Co-Founder Akseleran menyebut, faktor pendorongnya adalah penetrasi yang semakin luas kepada para pelaku usaha dengan menawarkan pinjaman yang fleksibel tanpa agunan fixed aset, seperti pinjaman invoice/po financing dan inventory financing.
"Akseleran juga bekerja sama dengan lebih banyak partner, baik itu dengan platform digital untuk memberikan financing bagi online merchants, maupun dengan anchor corporate untuk memberikan supply chain financing product bagi supplier, distributir maupun retailernya," ujar Ivan kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Ini Kata Pemain Fintech Soal Rencana Kenaikan Aturan Modal Minimum Sejauh ini ada lima sektor usaha terbesar yang sudah memperoleh pinjaman usaha Akseleran, yakni Engineering/Construction, Coal & Related Energy, Oil & Gas, Business & Consumer Service, dan Construction Supplies. Ivan optimistis, pertumbuhan ini akan berlanjut hingga akhir tahun 2022. Oleh karena itu hingga akhir tahun, Akseleran menargetkan total penyaluran pinjaman usaha sebesar Rp 4 triliun atau naik dua kali lipat dari yang ditargetkan di tahun 2021. Dalam menggenjot pembiayaan di sektor produktif, Akseleran akan terus meningkatkan proporsi PO financing serta meningkatkan kerjasama dengan platform digital dan anchor corporate agar bisa memberi lebih banyak opsi bagi lender yang ingin menyalurkan dananya akan tetapi tetap dengan proses seleksi yang baik supaya bisa mempertahankan NPL di bawah 1% dimana saat ini NPL Akseleran masih di angka yang rendah yaitu 0,07%. Ke depannya, Akseleran juga akan membuka kesempatan pendanaan bagi borrower dari sektor yang terdampak pandemi selama borrower tersebut memiliki performa keuangan yang baik. PT Pasar Dana Pinjaman (Danamas) juga mencatatkan kenaikan pembiayaan produktif pada Maret 2022 sebesar Rp 7,54 triliun dari perolehan di akhir 2021 yang sebesar Rp 6,52 triliun. Hingga akhir 2022 Danamas pun menargetkan pencairan pembiayaan bagi peminjam sebesar Rp 9 triliun secara kumulatif. Joyce Andries, CEO Danamas menjelaskan, hingga saat ini, yang menjadi top 3 sektor pencairan di Danamas adalah, pengangkutan dan pergudangan, agen perjalanan, dan informasi dan komunikasi "Ke depannya, kami akan menargetkan pembiayaan di sektor: pertanian, kehutanan, dan perikanan serta perdagangan besar dan eceran. Perkembangan teknologi beberapa tahun terakhir berhasil menciptakan ekosistem digital bagi pelaku usaha dalam sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan," kata Joyce.
Baca Juga: Sejumlah Pemain Fintech Lending Targetkan NPF di Bawah 1% Menurutnya, hal ini berpotensi untuk meningkatkan kontribusi ke keamanan pangan Indonesia. Ekosistem digital juga berkembang pesat di lingkup pedagang besar dan eceran, di mana pihaknya berencana untuk bekerja sama dengan berbagai platform dan asosiasi untuk menawarkan fasilitas pinjaman. Dalam menggenjot pembiayaan di sektor produktif, selain melalui campaign Lancar by Danamas yang akan terus berjalan dengan sasaran ke fasilitas modal kerja maupun pinjaman konsumtif, Danamas juga menjalankan partnership dengan asosiasi pebisnis maupun dengan digital platform lainnya. "Kolaborasi dengan platform lain dan asosiasi yang ada di Indonesia akan mendukung Danamas untuk memberikan fasilitas pembiayaan ke peminjam yang lebih targeted dan harapannya menghasilkan dampak yang positif bagi sektor produktif di Indonesia," imbuh Joyce. Di tahun 2022 ini Koinworks mengaku performa penyaluran pinjaman kepada borrowers terbilang baik, di mana untuk produk Koin Bisnis saja di Januari hingga Maret berhasil menyalurkan hingga mendekati lebih Rp 200 miliar. Chief Marketing Officers KoinWorks Jonathan Bryan mengatakan, menginjak kuartal kedua di tahun ini, pihaknya melihat pengajuan pinjaman masih terus berdatangan. Performa ini terbilang sangat baik dibandingkan tahun lalu. "Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain dilihat dari tren secara general, minat dan pengetahuan pengguna akan platform keuangan digital semakin baik. Bertepatan dengan momen bulan Ramadan juga sedikit banyak mempengaruhi perilaku masyarakat dalam menjalankan bisnis dan mengatur keuangan," terang Jonathan. Koinworks menargetkan, hingga akhir tahun dapat menyalurkan pendanaan mencapai Rp 12 triliun secara akumulatif dari sejak awal KoinWorks berdiri. "Melihat antusiasme masyarakat yang terus meningkat, kami prediksikan disbursement setiap quarternya terus meningkat seperti 2021," katanya. UKM digital memang masih menjadi fokus utama KoinWorks, yang juga memiliki visi untuk mendorong transformasi digital untuk UKM sejalan dengan tujuan pemerintah. Kemudian setelah meluncurkan KoinWorks NEO, KoinWorks juga melebarkan pengguna sektor produktif dan kreatif untuk dapat menggunakan layanan keuangan terintegrasi dari KoinWorks NEO. Segmen tersebut antara lain pekerja lepas, content creator dan influencer hingga perusahaan rintisan. Koinworks melihat iklim bisnis dan usaha saat ini semakin masif baik itu UKM maupun lainnya, sehingga membutuhkan produk KoinWorks terbaru ini. Grup Modalku juga berhasil mencatatkan peningkatan penyaluran pinjaman di Kuartal I menembus angka lebih dari Rp 30 triliun. Hingga saat ini jumlah penyaluran pinjaman mencapai Rp 32,45 triliun kepada lebih dari 5 juta jumlah transaksi pinjaman UMKM di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pencapaian ini bertumbuh 42% dibanding awal tahun 2021. "Fokus kami di tahun ini, yaitu terus berusaha menjangkau lebih banyak UMKM yang berpotensi untuk berkembang melalui inovasi dan kolaborasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik UMKM tersebut. Kedepannya akan ada beberapa inisiatif baru yang pasti akan kami informasikan, salah satunya adalah rencana untuk mulai menjangkau UMKM di area baru," tegas Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya.
Reynold menjelaskan, target utama Modalku adalah UMKM, mulai dari segmen mikro hingga menengah. Segmen ini dibidik karena sesuai dengan visi utama Modalku, yaitu mendukung UMKM berpotensi untuk mendapatkan akses ke pendanaan. Kami terbuka untuk mendanai berbagai sektor usaha, beberapa sektor yang kami lihat potensial dan masih bisa berkembang adalah perdagangan termasuk pengusaha online. Sejauh ini, Modalku juga telah bekerja sama dengan beberapa institusi perbankan, yaitu bersama BCA, BRI Agro, Mayapada serta beberapa BPR untuk penyaluran dana ke UMKM. Modalku juga bekerja sama dengan BNI sebagai penyedia layanan escrow account bagi pengguna layanan Modalku. Selain itu, Modalku juga telah bekerja sama dengan beberapa platform e-commerce atau platform digital lainnya yang diharapkan dapat menjadi solusi untuk perkembangan bisnis UMKM di luar pulau Jawa. "Kami senantiasa menyediakan fasilitas yang menyesuaikan dengan segmen yang kami targetkan. Kami juga memanfaatkan teknologi untuk memberikan akses kepada para pelaku UMKM sehingga memungkinkan mereka untuk memperoleh pembiayaan dengan prosedur yang mudah," imbuh Reynold. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi