KONTAN.CO.ID - UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, saat ini Indonesia memiliki 64 juta UMKM yang mewakili 99% dari total kegiatan bisnis. UMKM bahkan menyerap 97% lapangan kerja dan menyumbang 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Meski demikian, UMKM baru berkontribusi sebesar 15,69% dari ekspor nasional pada tahun 2021. Masih jauh dibandingkan sejumlah negara lain seperti Singapura 41%, Thailand 41%, dan Tiongkok 60%. Untuk mendorong peningkatan ekspor UMKM dan penguatan substitusi impor, pemerintah berupaya menghubungkan pelaku koperasi, UMKM, dan IKM (Industri Kecil dan Menengah) ke dalam rantai pasok global (
global value chain) dan rantai pasok industri nasional.
KOPR
Baca Juga: Kopra by Mandiri Dukung Digitalisasi Pelabuhan, Tekan Biaya Logistik Tinggi UMKM tidak mungkin bersaing dengan usaha besar. Karena itu, UMKM dapat menjadi bagian dari rantai pasok industri nasional dengan menghasilkan produk bahan baku, bahan penolong industri, dan sebagainya. Industri besar juga diharapkan dapat menggandeng UMKM ke dalam rantai pasokannya sehingga saling menunjang dan mendukung satu sama lain. Pemerintah sendiri gencar melibatkan koperasi, UMKM, dan IKM ke dalam rantai pasok BUMN. Sejak tahun 2021, sejumlah BUMN telah mengimplementasikan kebijakan ini seperti PT Pertamina, PT PLN, PT Kimia Farma, PT Krakatau Steel, Perum Perhutani, dan RNI (Persero). Di sisi lain, pemasok dan distributor yang masih berskala UMKM kerap terbentur kendala pembiayaan modal usaha. Padahal, kelancaran arus kas penting untuk keberlangsungan usaha dan kesinambungan produksi. Dalam hal ini, pemasok dan distributor dapat terbantu dengan layanan
supply chain financing. Melalui
supply chain financing, pemasok atau
supplier yang bermitra dengan perusahaan (diistilahkan
principal dalam
supply chain management) bisa menjual invoice atau faktur kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memperoleh pembayaran lebih cepat dari jatuh tempo. Dengan demikian, pemasok mendapatkan dana segar untuk menjaga kelangsungan produksi.
Jika kegiatan usaha
supplier lancar,
principal bisa mendapatkan bahan baku dengan tepat waktu sehingga ikut mendukung kelancaran bisnisnya. Selain itu,
principal juga memperoleh keuntungan karena bisa membayar tagihan invoice atau faktur dari
supplier dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Principal pun dapat mengelola arus kas dengan lebih sehat. Bank Mandiri berupaya memenuhi kebutuhan para pelaku usaha dalam pembiayaan rantai pasokan lewat inovasi layanan perbankan digital Mandiri Value Chain Financing. Layanan perbankan digital ini dapat diakses melalui Wholesale Digital Super Platform Kopra by Mandiri untuk kemudahan monitoring
invoice serta pembayaran dan penggunaan fasilitas pembiayaan
supply chain secara cepat, mudah, dan aman.
Layanan Mandiri Value Chain Financing antara lain terdiri dari Mandiri Supplier Financing dan Mandiri Distributor Financing. Layanan ini dapat digunakan oleh
principal dan atau
supplier yang melakukan penjualan atau pembelian barang dan jasa, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Supplier harus mendapat rekomendasi dari
principal dan memenuhi kriteria tertentu dari Bank. Bagi
principal, Mandiri Value Chain Financing memberikan kemudahan pembayaran, rekonsiliasi
, reporting, serta dapat meningkatkan loyalitas
supplier dan distributor. Sedangkan bagi
supplier dan distributor, layanan ini dapat memperbaiki
cash flow hingga meningkatkan volume dan kinerja usaha. Alhasil, sinergi rantai pasok antara
principal, supplier, dan pihak perbankan akan ikut membangun terciptanya ekosistem nasional yang kuat. Untuk mendapatkan layanan Mandiri Value Chain Financing
Anda, hubungi Mandiri Call 14000 atau Call Center Kopra 1500 150 /
kopra@bankmandiri.co.id. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Indah Sulistyorini