JAKARTA. Ketika kinerja industri asuransi syariah merangkak naik, kondisi yang sama tidak dialami oleh industri pembiayaan syariah. Pasalnya, sampai pertengahan tahun ini, pertumbuhan aset pembiayaan syariah jalan di tempat. Pada kuartal II-2014, nilai total asetnya cuma Rp 24,7 triliun, hanya tumbuh sedikit dari posisi akhir tahun lalu yang mencapai Rp 24,6 triliun. Bahkan jika kita bandingkan angkanya dengan kuartal I-2014 yang mencapai Rp 24,8 triliun, justru terjadi penurunan tipis 0,55%. Penyebab utama penurunan aset tak lain adalah aturan baru finance to value (FTV) yang berimbas pada pembatasan uang muka pada pembiayaan kendaraan bermotor. Ngalim Sawega, Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK, mengungkapkan, pertumbuhan industri pembiayaan memang tengah melambat. Tak terkecuali pembiayaan syariah. "Piutang pembiayaan syariah dari kuartal pertama ke kuartal dua turun dari Rp 19,3 triliun menjadi Rp 19 triliun," kata dia, kemarin.
Pembiayaan syariah lesu darah
JAKARTA. Ketika kinerja industri asuransi syariah merangkak naik, kondisi yang sama tidak dialami oleh industri pembiayaan syariah. Pasalnya, sampai pertengahan tahun ini, pertumbuhan aset pembiayaan syariah jalan di tempat. Pada kuartal II-2014, nilai total asetnya cuma Rp 24,7 triliun, hanya tumbuh sedikit dari posisi akhir tahun lalu yang mencapai Rp 24,6 triliun. Bahkan jika kita bandingkan angkanya dengan kuartal I-2014 yang mencapai Rp 24,8 triliun, justru terjadi penurunan tipis 0,55%. Penyebab utama penurunan aset tak lain adalah aturan baru finance to value (FTV) yang berimbas pada pembatasan uang muka pada pembiayaan kendaraan bermotor. Ngalim Sawega, Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK, mengungkapkan, pertumbuhan industri pembiayaan memang tengah melambat. Tak terkecuali pembiayaan syariah. "Piutang pembiayaan syariah dari kuartal pertama ke kuartal dua turun dari Rp 19,3 triliun menjadi Rp 19 triliun," kata dia, kemarin.